🍀𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕰𝖓𝖆𝖒 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖘: 'ℳℯ𝓂ℴ𝓇𝒾 𝓎𝒶𝓃ℊ ℛ𝓊𝓈𝒶𝓀'🍀

93 27 8
                                    

Percaya atau tidak, sebenarnya Wheein itu bisa melihat dan melakukan apapun setara dengan Hyejin. Dia memiliki sepenuhnya darah seorang peramal berbakat unik yang biasa disebut Saviour. Seperti yang pernah dijelaskan, Saviour adalah master dari para peramal.

Perbedaan paling mendasar antara kedua hal ini terletak pada, Peramal belum tentu seorang Saviour. Sementara bila kau itu berpangkat Saviour, maka sudah pasti kau memiliki kemampuan meramal.

Peramal mengandalkan intuisi, sebagian besar tidak bisa melihat hal-hal mistis dan magis. Mereka hanya manusia biasa, istilah paling sederhananya begitu. Jadi, bila seseorang masuk ke dalam golongan para Saviour, maka sudah pasti ia punya bakat unik. Seperti Hyejin dan Yuna yang mewarisi kemampuan orangtua mereka.

Nah, untuk kasus Wheein berbeda lagi. Mengapa ia mengatakan bahwa dirinya tidak bisa melihat apa yang Hyejin lihat. Atau mengatakan bahwa penatua peramal menyayanginya sehingga membiarkan dia melakukan misi bersama Hyejin sebagai orang biasa?

Itu semua, karena memorinya palsu. Terdengar menyeramkan, namun itu kenyataan. Setiap selesai melakukan misi, karena kondisi Wheein selalu menjadi buruk saat menyimpan memori-memori itu, Hyejin sengaja menghapusnya.

ღღღ

Sejak usia belia, mereka sudah bersama-sama. Sehingga Hyejin tahu, betapa tersiksanya Wheein memiliki kemampuan melihat masa depan dan mengintip masa lalu. Banyak kejadian tidak menyenangkan yang sudah dialami gadis berlesung pipi itu sedari kecil. Mulai dari kisah tragis ibunya yang meninggal saat menolong klien sebagai seorang peramal, hingga melihat ke masa depan dimana takdir tampak selalu mempermainkan jalan hidup.

"Ibunya meninggal karena dimutilasi oleh klien yang tidak terima hasil ramalan ibunya. Makanya, wasiat terakhir ibu Wheein adalah untuk tidak membiarkan putrinya mengikuti jejaknya. Tapi ya, setiap anak punya kemampuan dan kebahagiaan yang tidak bisa dikekang. Wheein justru sangat ingin menjadi peramal, dan memang ia layak," ungkap ayah Wheein waktu itu kepada orangtua Hyejin sebelum membiarkan putrinya ikut pergi ke Indonesia.

Maka Wheein pun pindah ke Indonesia mengikuti keluarga Ahn dengan dua alasan. Pertama, agar tetap bersama sahabatnya. Kedua, menjadi peramal di negeri dengan kepercayaan tinggi terhadap tahayul.  Itu terdengar jauh lebih aman. Tingkat kriminalitas masyarakat di negeri zamrud pun, apalagi di kota tempat keluarga Ahn menjalankan bisnis peramalan, cenderung lebih rendah.

Kembali membahas soal Wheein. Gadis manis itu selama ini selalu dilindungi oleh Hyejin yang menghilangkan ingatan dan memberikan potongan-potongan palsu ke dalam ingatan itu. Menciptakan memori indah yang sempurna.

Padahal sebenarnya, Wheein tidak selalu bahagia.

Ketakutan Wheein kepada hantu? Itu semua rekayasa Hyejin untuk mengalihkan memori asli si gadis berlesung pipi. Wheein tidak takut sama sekali. Ia berteman dengan makhluk-makhluk itu sedari awal ia bisa melihat mereka. Dan, itulah alasan lain mengapa Hyejin harus memanipulasi ingatan milik Wheein. Gadis itu terlalu polos, sehingga sering mencelakai diri sendiri karena menuruti permintaan makhluk-makhluk tak bertubuh nan jahat.

ღღღ

Waktu itu usia gadis berlesung pipi sekitar tujuh tahun saat pertama kali melihat hantu.

"Hei, mau ikut aku? Di rel kereta di depan sana, ada permainan menarik. Tapi aku sendirian, temani aku ya?" sosok tanpa tubuh itu mengajak Wheein kecil. Si gadis baik hati merasa kasihan. Ia paham perasaan sedih saat bermain hanya sendirian. Jadi ia mengikuti sosok jahat dengan mulut manis itu.

"Kita akan main apa?" tanya Wheein dengan suara anak-anak.

"Lompat tali! Aku akan menghitung, kau melompat di tengah-tengah sini. Siapa yang bisa melompat lebih banyak, akan menang."

The Fortune Tellers [WheeSa] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang