13. Menyatu

6.3K 496 16
                                    

Via belum paham juga arti kata sesak yang dimaksud Bowo. Sesak yang di bawah, katanya. Ada ya begitu? Sementara Bowo hanya meringis membayangkan di bawah sana mulai berontak ingin disalurkan.

"Aku nggak bisa napas."

Bowo akhirnya melonggarkan sedikit pelukannya. Mengenai bagian-bagian tertentu di tubuh Via, membuat dirinya semakin merasakan hasrat yang butuh untuk dituntaskan. Saat pelukan Bowo melonggar, Via bergegas ingin menggeser tubuhnya tetapi malah menyentuh benda keras. Via berjengit.

"Aduhhh...!" Bowo mengadu.

"Maaf." Via kemudian mengarahkan pandangannya ke bawah. Wajahnya langsung memerah. Sambil menutup kedua matanya, dia melanjutkan.

"Sakit ya?" Bowo meringis dan mengangguk, mengiyakan. Ampun deh, istrinya masih polos begini.

"Disayang makanya Vi."

"Maksudnya?" Via bingung, tak paham yang diutarakan suaminya.

"Biar dianya nggak sakit. Sakit lho ini kena kaki kamu tadi." Bowo sengaja menggoda istrinya. Melihatnya masih menutup mata, dia ingin tertawa.

"Iya, maaf, nggak sengaja." Via khawatir tetapi juga malu. Melihatnya saja dia tidak berani, lha ini malah minta disayang. Via bingung caranya seperti apa.

Bowo mengambil tangan Via dan mengarahkannya ke bawah, ke pangkal pahanya. Tangan itu dingin.

"Ehh, mau ngapain?" Via terbelalak.

"Dipegang ya, biar nggak sakit."

"Lha, bukannya malah semakin sakit kalau digituin ya?" Via tak paham caranya. Dipegang agar tidak sakit seperti permintaan Bowo. Via jelas bingung.

"Pegangnya yang lembut, dijamin nggak bakalan sakit kok."

Bowo masih ingin menggoda Via. Senang banget dia melihat wajah Via memerah. Matanya kadang mendelik ngeri, bingung, tetapi di saat yang sama tersipu. Bowo sangat menikmatinya.

"Memang harus aku yang pegang gitu, biar nggak sakit?"

"Kan kamu yang bikin dia sakit tadi, Sayang."

Benar juga, karena gerakannya tadi membuat milik Bowo jadi sakit. Tangan Via mulai mendekat ke pangkal paha Bowo. Dipegangnya area yang tadi terkena kakinya yang membuat Bowo kesakitan. Bowo sudah melepas tangannya dan membiarkan Via menyentuhnya sendiri tanpa arahannya. Tangannya dia letakkan di bawah kepala dengan posisi masih berbaring. Dari sana, dia melihat apa yang dilakukan Via. Senyumnya mulai mengembang.

Bowo sadar, yang awalnya hanya ingin membalaskan sakit hati malah jatuh cinta ke Via. Bowo berjanji akan berusaha membahagiakannya. Bowo tahu istrinya masih punya masa lalu yang belum diketahuinya, tetapi dia akan berusaha melindungi Via dari apapun yang mencoba melukainya. Benar kata mamanya, Via adalah wanita yang baik.

Tangan Via mulai gemetar saat menyentuh milik Bowo. Tubuhnya pun mulai bereaksi. Sepertinya suhu tubuhnya juga berangsur-angsur meningkat. Dia melirik sejenak ke Bowo yang tersenyum ke arahnya. Dipalingkannya kembali wajah kemudian menatap lekat-lekat milik Bowo yang berada di balik celana katun yang dipakainya.

"Dielus Sayang."

"Bukannya cuman minta dipegang tadi?" Suara Via tercekat. Via gagal paham. Tadi Bowo hanya minta untuk dipegang, sekarang malah menyuruhnya untuk mengelus. Bowo tertawa mendengar pertanyaan Via.

"Ya ampun Via.... Honey, buat dia nyaman ya."

Baru saja mereka seintim ini, Bowo sudah mengambil kesempatan yang sangat langka dengan kegiatan memegang miliknya. Via sudah terlanjur melakukannya. Dia tahu, cepat atau lambat, Bowo akan meminta haknya. Hanya saja, bayangan masa lalu sering menghantuinya.

Pendar Melati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang