22. Fakta Yang Harus Terungkap

4.5K 440 10
                                    

Memang akan sangat sulit jika kita dihadapkan pada sebuah fakta.

Namun, sesulit apa pun solusi akan selalu ada.

Tinggal bagaimana kita menyikapinya.



Mendengar pengakuan Bowo, tangan Via yang berada di pinggang Bowo terlepas. Itu reaksi spontan Via yang tidak bisa dicegahnya. Hatinya sakit, terasa tercabik-cabik. Betapa banyak yang tidak dia ketahui mengenai suaminya. Salahnya? Tidak juga. Sejak papanya menerima lamaran Bowo, berarti dia juga harus menerima konsekuensinya. Dan inilah konsekuensi itu. Tetapi seberapa kuat dia harus bertahan, ini yang belum diputuskannya.

Jika Via berusaha melepas pelukan Bowo, sebaliknya, Bowo makin mengetatkan pelukannya. Bowo merasa sangat bersalah pada istri yang begitu sangat dicintainya ini. Via yang tulus dan mau menerima begitu saja lamarannya dengan tujuan untuk membahagiakan papanya, telah dia sakiti. Bowo tahu, dia sangat kejam. Tetapi masa lalu itu tidak bisa dihapusnya begitu saja. Ada Rawindra di sana. Seharusnya dia mengungkapkan ini pada Via, tetapi hal ini juga baru diketahuinya sekarang. Bowo di posisi yang sulit.

Bowo membenamkan wajahnya ke rambut Via. Dia mencoba mencari kekuatan agar ucapannya nanti tidak membuat Via membencinya apalagi sampai meninggalkannya.

"Maaf." Hanya kalimat pendek itu yang bisa Bowo katakan. Sudah keberapa kalinya kata maaf dia ucapkan sejak bersama Via. Entahlah, apakah ini yang terakhir, atau akan lebih sering lagi akan dia ucapkan ke depannya. Akan sampai kapan Via bisa bertahan menerima kata maaf darinya? Bowo tak tahu.

Via hanya diam, tidak merespon. Badannya terasa kaku, hatinya remuk. Hati wanita mana yang tidak hancur jika tahu suaminya punya anak dari wanita lain. Dan ini bukan kabar burung yang dia dengar, tetapi nyata di depan matanya. Harusnya dia sadar, dengan usia dan tampang Bowo yang menawan ini, pastinya dia telah berhubungan dengan banyak wanita. Ataukah ini karma yang harus diterimanya? Karma does exist? Via tidak mempercayai itu, tetapi ini yang dihadapinya sekarang. Jika dulu mamanya yang pergi meninggalkan mereka, kali ini mungkin Via yang akan ditinggalkan.

"Sayang?" Bowo cemas, respon Via sama sekali tidak ada. Hanya tarikan napas berat yang di dengarnya.

Via menegakkan kepala dan menatap dengan tajam pada Bowo. Bowo bisa melihat luka di mata yang indah itu. Pelukan Bowo dilepasnya kemudian menarik Bowo ke ruang baca. Via menunjuk sofa, isyarat agar Bowo duduk, kemudian dia sendiri duduk di sofa yang berada di depan Bowo.

"Jelaskan sekarang, hubungan kamu dengan Dinda dan Rawindra."

Bowo ngeri melihat sikap Via kali ini, tidak ada senyum dan matanya tetap menatap tajam. Selama mereka bersama, baru kali ini Bowo melihat Via seperti ini. Bowo merasa seperti menunggu vonis yang akan dijatuhkan hakim. Bowo berharap vonis yang dijatuhkan Via yang ringan saja. Tenggorokan Bowo seperti tercekik, susah menelan. Di depannya Via duduk dengan tenang.

"Dinda dulu adalah adik tingkatku semasa kuliah. Kami dikenalkan oleh teman. Tetapi aku malah baru dekat dengannya setelah kuliahku telah selesai. Suatu malam kami diundang teman ke club, dan akhirnya kami mabuk. Aku nggak tahu, setelah bangun, Dinda sudah ada di sampingku."

Oh, oke, sudah tahu kalau ke club pastilah minum dan selalu berakhir dengan mabuk. Via tidak pernah punya pengalaman ke club, tetapi dari apa yang pernah dialami Firga, dia tahu apa yang selalu terjadi di sana. Firga juga kadang ke club dan berakhir dengan Irsan menerima telepon untuk menjemput Firga yang sudah mabuk berat. Sudah tahu tidak kuat minum, masih juga suka terima panggilan temannya ke club. Apa sih enaknya minum kemudian muntah? Via tak tahu apa sensasinya.

Pendar Melati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang