16. Kebiasaan Baru

5K 440 15
                                    

Via sudah kembali bekerja. Juga sudah kembali melakukan kegiatannya mengajar di RPTRA. Semua kembali berjalan seperti semula. Yang berbeda saat ini, kadang dia membawa kendaraan sendiri namun, lebih banyak diantar jemput oleh Bowo atau asistennya jika Bowo masih meeting dan tidak bisa menjemputnya. Juga kadang masih sering menggunakan ojek online jika jaraknya tidak jauh, atau membutuhkan waktu yang cepat untuk sampai ke tujuan. Bagi Via, kebiasaan yang biasa dilakukannya seharusnya tidak ada yang berubah, hanya perlu penyesuaian saja dengan kehadiran Bowo dalam hidupnya.

Seperti hari Sabtu pagi ini. Jam sembilan, Via sudah siap-siap berangkat ke RPTRA untuk mengajar anak-anak asuhannya. Sementara Bowo, masih tertidur dengan nyamannya. Via menulis pesan di sticky notes dan menempelkannya di meja rias juga di meja makan. Sarapan sudah Via siapkan.

Bowo bangun, meraba tempat di sampingnya yang sudah kosong. Hari Sabtu jika tidak ada yang mendesak dengan urusan pekerjaan digunakannya untuk bersantai, melakukan hobby membaca sambil mendengarkan musik dari penyanyi favoritnya di ruang kerja yang sekaligus berfungsi sebagai ruang baca. Dia bangun dan mendapati sticky notes dari Via di meja rias.

Aku ke RPTRA ya Bos. Sarapan sudah siap di meja makan.

Bowo tersenyum membacanya. Kebiasaan yang baru Bowo ketahui, kadang Via menyelipkan kalimat yang membuatnya tertawa. Ternyata istrinya punya selera humor juga. Bowo mandi kemudian sarapan. Siang nanti dia akan menjemput Via ke RPTRA.

"Ibu...!" Anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun sudah berteriak heboh, berlarian menyambutnya ketika tiba di RPTRA.

"Hallo semuanya! Kabar kalian gimana?"

"Baik Ibu!" jawab mereka serempak.

Via tertawa bahagia melihat anak-anak asuhannya sehat. Ada yang memegang lengannya, sedikit menyeretnya ke ruangan sambil tak henti berceloteh. Beberapa ibu yang sedang melakukan kegiatan dengan tanaman hydroponik di area tersebut juga gembira melihatnya.

"Neng Via, akhirnya bisa bertemu lagi."

"Iya Bu."

Rekannya yang juga mengajar di situ bergegas menyambutnya.

"Apa kabar Vi?"

"Baik kok. Maaf ya, baru sempat datang lagi ke sini."

"No problem Vi. Eh, tapi nggak dilarang suami kan ya?" Salah satu rekannya bertanya.

"Nggak kok."

Hari itu Via tidak mengajar sepenuhnya karena lebih memilih mendengarkan celotehan muridnya yang bercerita mengenai kegiatan mereka selama Via tidak ada. Di tengah celotehan mereka, ponselnya berbunyi.

"Ya?" Bowo yang menelponnya.

"Ntar aku jemput. Jam berapa kegiatan ngajarnya selesai?"

"Sebelum jam dua belas biasanya sudah selesai kok."

"Oke. See you there Honey."

Via melanjutkan mendengar cerita anak-anak asuhannya. Mendengar mereka yang begitu riang, Via jadi teringat masa kanak-kanaknya. Dia tidak seriang mereka, punya teman untuk bermain dan bersenda gurau. Dulu dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar, bermain sendiri atau ikut papanya ke kantor.

Waktu berlalu hingga tidak terasa sudah hampir jam dua belas siang. Terdengar kehebohan di luar. Anak-anak asuhannya juga sudah berlari ke luar ruangan, ingin tahu apa yang terjadi sehingga tidak mendengar seruan Via untuk berhati-hati. Ketika Via ke luar ruangan, dia tersenyum mengetahui sumbernya. Para ibu yang sedang asyik dengan kegiatannya berhenti dan mengalihkan perhatian pada sosok yang turun dari mobil, kemudian suasana berubah riuh.

Pendar Melati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang