9. Perlahan Namun Pasti

4.5K 420 7
                                    

Keluarga Bowo sudah kembali sejak lima belas menit yang lalu. Tetapi Via masih merasa apa yang dialaminya tadi hanya ilusi. Dia sampai melihat ke bawah, memastikan kakinya masih menapak ke lantai. Peristiwa tadi sama sekali di luar nalarnya. Tiba-tiba saja ada yang datang ingin meminangnya, sementara sang pria tidak dikenalnya. Via sangsi, apakah bisa menjalani pernikahannya nanti dengan baik? Tanpa cinta? Apakah masih ada ~cinta akan datang karena terbiasa~? Terbiasa bersama? Via menggelengkan kepala. Dia tadi hanya melihat sepintas saja ke Bowo, tetapi auranya langsung membuat dia terpaku, merasa terintimidasi dengan tatapannya. Hanya sebentar tetapi efeknya lumayan membuat perutnya bergolak. Lagi-lagi Via menggelengkan kepala. Hal itu terlihat oleh papanya yang masih duduk di ruang tamu menghabiskan tehnya.

"Kenapa?" tanya Wiryatama khawatir.

"Pa, yang tadi itu benaran nggak sih?"

"Awalnya papa juga bingung. Minggu lalu Bowo membeli saham perusahaan, hari ini malah datang dengan keluarganya untuk melamar kamu. Apa sebelumnya mereka telah mengenal kita ya?"

"Oh, jadi dia yang beli saham perusahaan Papa?"

"Iya, prosesnya malah sangat cepat tanpa ada tawar menawar. Kenal ibunya di mana Via?"

"Sekitar satu tahun yang lalu, Pa. Kami membantu Tante Farni untuk mendesain revitalisasi perkampungan nelayan Muara Karang yang didanai CSR perusahaan beliau. Sampai sekarang Tante Farni masih sering memakai kami untuk kegiatan-kegiatan desain atau yang berhubungan dengan bangunan sosial. Beliau sangat konsen dengan kegiatan seperti itu, Pa."

"Papa nggak maksa kamu terima ini, tetapi menurut papa, Bowo adalah laki-laki yang baik. Jika melihat usahanya yang berkembang sangat pesat, papa yakin dia seorang pekerja keras dan pantang menyerah. Kamu juga sudah mengenal ibunya, setidaknya kita tahu keluarga mereka."

"Berikan waktu Via untuk memikirkan ini ya Pa, walaupun Via nggak bisa menolak permintaan Tante Farni. Via butuh waktu mengenal Bowo."

Setelah Via masuk ke kamar, Wiryatama terdiam lama. Apakah sudah saatnya dia melepas Via? Anak semata wayangnya yang sangat mandiri. Sejak tahu dia tidak diterima sebagai cucu di keluarga Hesti, dia tidak sedih tetapi malah menunjukkan prestasi dan selalu mandiri. Penyuka kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat dan sampai sekarang dia tidak pernah melihat putrinya membawa teman pria ke rumah. Wiryatama hanya bisa berharap, keputusannya tidak salah.

Dalam perjalanan kembali ke rumah mamanya, Bowo lebih banyak diam namun sesekali tersenyum. Winda yang melihat hal itu jadi tergelitik ingin menggoda abangnya.

"Ngapain sih Bang, suka senyum sendiri begitu? Pantesan aja ngebet, Via-nya cantik." Bowo hanya terkekeh menanggapi godaan Winda.

"Via tuh baik banget lho. Jadi kamu jangan pernah menyakitinya ya!" Kali ini Farni yang bersuara memberi peringatan ke Bowo.

"Mama beri waktu sama kamu satu bulan untuk mengenal Via, setelah itu kita tentukan tanggalnya. Nggak ada pesta karena Via maunya sederhana. Mama yang akan atur semuanya, kalian nggak usah repot. Jika ada teman dekat yang akan diundang, info ke mama."

"Siap Ma." Jika mamanya yang turun tangan, dipastikan semuanya akan berjalan dengan lancar. Bowo sangat yakin itu. Yang masih mengganjal saat ini, waktu satu bulan untuk mengenal Via, apakah cukup? Bowo sudah bertekad harus mengenal Via lebih dekat dengan cepat, jika perlu kurang dari satu bulan.

Bowo membereskan berkas-berkas yang masih harus ditandatanganinya ketika Nina masuk ke ruangan, mengingatkan dia akan meeting via skype dengan kepala cabang perusahaannnya.

"Pak, kepala cabang sudah menunggu di room ya."

"Oke."

Setiap awal bulan, Bowo akan meeting dengan kepala cabang wilayah yang dia miliki di Jawa & Bali, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku & Papua. Saat meeting dia akan menerima laporan perkembangan perusahaan di wilayah-wilayah tersebut, kendala apa saja yang saat ini dihadapi juga kemajuan dari project yang mereka kerjakan. Dari hasil itu dia dapat mengevaluasi kinerja bawahannya. Jika ada masalah yang harus diselesaikan dengan cepat, dia akan selalu turun langsung untuk menyelesaikannya. Dirinya bukan orang yang kaku terhadap masukan atau saran yang diberikan kepala cabangnya. Saran-saran tersebut dia terima dan akan dia diskusikan dengan jajaran direksinya. Begitu juga terhadap keluhan yang diterima, dia akan menyelesaikannya dengan cepat. Tetapi dia akan bersikap tegas jika ada yang menyalahgunakan kepercayaan yang dia berikan. Dipastikan orang tersebut tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain.

Meeting via skype bersama kepala cabang wilayah berlangsung selama dua jam. Tidak banyak masalah yang signifikan dan beberapa diantaranya bisa diselesaikan tanpa dia harus turun tangan. Bowo melonggarkan dasi sambil menelpon mamanya.

"Ma, punya nomor Via?"

"Nomor handphonenya? Sebentar Mama share ke kamu."

Setelah menerima nomor Via, Bowo kemudian mengirimkan pesan whatsapp. Setelah sepuluh menit, pesan yang dikirimnya belum juga dibaca. Bowo mulai gelisah. Apakah Via sedang sibuk? Pesan yang dikirimnya dia mencantumkan nama, jadi seharusnya Via tahu jika yang mengirim pesan adalah Bowo. Bowo kembali menelpon mamanya.

"Ma, Bowo sudah kirim pesan ke Via tetapi nggak direspon. Boleh teleponin Via nggak?"

"Mungkin Via lagi sibuk, ditunggu saja. Kamu kok jadi nggak sabaran begini sih? Atau kalau nggak mau menunggu, disamperin aja ke kantornya. Sebentar lagi jam istirahat kan? Ajak deh Via makan siang."

Benar juga saran mamanya. Setelah menutup telepon, ada bunyi pesan masuk. Segera dibukanya, berharap balasan dari Via.

Selamat siang. Maaf tadi sedang meeting dengan client.

Aku mau ajak kamu makan siang, boleh?

Boleh, tapi waktu aku terbatas.

Aku jemput sekarang aja kalau gitu.

Bowo sudah tidak menunggu jawaban dari Via. Segera dia ke luar kantor dan meluncur dengan cepat ke kantor Via yang lokasinya sudah diberikan Yuda.

Kantor Via terletak di kawasan Fatmawati. Bowo tidak kesulitan menemukan alamatnya. Kantor itu berjejer dengan kantor-kantor lainnya yang berbentuk ruko empat lantai. Begitu sudah dekat, Bowo menelpon Via.

"Via, saya sudah dekat ya."

"Oke." Hati Via jadi deg-degan akan bertemu Bowo, namun berusaha diredamnya.

"Firga, saya keluar sebentar, nggak lama kok." Via menghampiri Firga di ruangannya. Firga sedikit bingung, baru kali ini Via akan keluar di jam istirahat. Biasanya dia selalu makan siang bareng.

"Mau makan siang di luar?" tanya Firga

"Iya. Mau nitip nggak?" tanya Via yang dibalas gelengan kepala oleh Firga. Via cepat menyeret kakinya dari ruangan Firga sebelum Firga bertanya lebih lanjut, dengan siapa, dan seterusnya. Via belum siap menerima pertanyaan mengenai Bowo.

Via turun dari ruangan kerjanya berada di lantai 2. Di lobby dia sudah melihat Bowo sedang membaca majalah yang disediakan untuk tamu. Mendengar langkah kaki mendekat, Bowo menutup bacaannya dan melihat Via.

"Maaf, ajak kamu makan siang dadakan begini."

"Nggak apa. Mau makan siang di mana?"

"Di Blok M aja, dekat dari kantor. Waktunya terbatas kan?"

Via menggangguk dan berjalan menuju mobil Bowo. Jika ditanya apa yang dia rasakan saat ini, Via pasti akan menjawab, gugup yang tak berbatas, yang berusaha disembunyikannya. Dia merasa tidak pantas bersanding dengan Bowo. Saat ini penampilan Bowo cukup resmi walaupun lengan kemejanya sudah digulung sampai siku namun tetap terlihat rapi dan menawan. Via hanya bisa berdoa dalam hati agar dia tidak membuat kesalahan fatal saat makan siang nanti. Tetapi yang dikhawatirkan Via terjadi juga. Memasuki restoran Jepang, Via hampir saja tersandung cone yang tidak dilihatnya. Beruntung Bowo cepat memegang tangannya. Tanggannya tetap dipegang Bowo sampai mereka masuk ke dalam restoran.

Bowo sangat suka melihat penampilan Via. Rambutnya yang dijepit ke atas dengan asal dan menyisakan helai-helai rambut yang jatuh ke tengkuk dan dahinya membuat jemarinya serasa ingin bergerak merapikan. Juga tangan yang tadi dipegangnya, benar-benar mengalirkan efek kejut di kulitnya. Semoga pertanda yang baik untuk kelanjutan rencana mereka.

*****

Pendar Melati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang