21. Bertemu Masa Lalu

4.4K 420 13
                                    

Bowo tidak menyangka akan bertemu Dinda di bandara, dan anak kecil yang digandengnya, jelas sangat mirip dengannya. Bowo melirik Via yang sedari tadi menampilkan sikap yang wajar-wajar saja. Tak ada perubahan di wajahnya yang selalu memancarkan aura kelembutan itu.

"Hallo Dinda." Bowo tidak mengulurkan tangan tetapi langsung menunduk, tangannya menyentuh kepala si bocah.

"Dan ini siapa?"

"Anakku, Rawindra. Ayo Win, salim sama Om."

"Kenalin ini Via, istriku." Lanjut Bowo memperkenalkan Via ke Dinda. Via berusaha bersikap biasa saja. Yang pasti jika ada sesuatu setelah ini, Via tidak akan bertanya, tetapi menunggu Bowo yang menjelaskan dan dia harus siap. Kepala Via sudah mulai penuh dengan berbagai macam dugaan, tetapi dia harus tenang sampai semuanya jelas.

Dinda kecewa setelah tahu Bowo telah menikah. Padahal kedatangannya memang ingin bertemu Bowo dan memberitahu jika Rawindra adalah anak mereka. Siapa sangka jika mereka malah lebih dahulu bertemu di bandara. Dia memang salah, memutuskan untuk tinggal di UK setelah Bowo memutuskan kembali ke tanah air. Dinda tidak tahu, jika saat itu dia hamil. Setelah Bowo kembali ke tanah air, status mereka sudah putus dan lost contact. Bukan salah Bowo jika tidak mengetahui. Dinda kembali ke tanah air setahun lalu tetapi memutuskan menetap di Surabaya. Hari ini dia datang ke Jakarta untuk bertemu Bowo. Sudah waktunya Bowo ikut bertanggung jawab pada anaknya. Tetapi bagaimana dengan Via, apakah dia bisa menerima Rawindra? Mau di terima atau tidak, Dinda harus mengungkapkan kebenaran mengenai anaknya.

Ada suasana canggung antara mereka bertiga. Via lebih banyak melihat ke Rawindra. Anak yang tampan, rasanya dia ingin memegang atau sekadar berbicara dengannya. Tetapi itu tidak dilakukannya, dia masih menahan diri. Saat ini mereka masih menunggu bagasi di baggage claim area. Ketika bagasi mereka sudah terlihat, Bowo segera mengambil kemudian mengajak Via untuk segera pergi dari tempat itu.

"Radi, ada yang mau aku omongin berdua, bisa?" Bowo menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Dinda.

"Mau obrolin apa? Di sini aja, nggak apa." Bowo sudah malas meladeni Dinda. Hubungan di masa lalu itu sudah berakhir saat Bowo memutuskan kembali ke tanah air. Sebelum kembali ke tanah air, Bowo sudah memberikan pilihan dan Dinda memilih tidak ikut bersamanya. Lalu sekarang, apa yang ingin wanita itu sampaikan padanya? Apakah ada hubungannya dengan Rawindra yang saat ini menatap sangat dalam padanya? Jika saja itu benar, kehidupan rumah tangganya kembali menghadapi ujian.

"Ngobrol dulu aja, ntar aku tunggu di depan," ucap Via mempersilakan Bowo untuk berbicara dengan Dinda. Seharusnya mereka memilih tempat yang lebih private jika ingin berbicara, bisik Via dalam hati. Matanya kemudian melihat kembali ke Rawindra. Sebaiknya dia mengajak anak itu ke tempat makan di pintu kedatangan, agar ibunya bisa lebih leluasa berbicara. Bowo terlihat ragu, tetapi akhirnya mengikuti saran Via. Dia sudah tidak ada hubungan lagi dengan Dinda jadi seharusnya tidak perlu khawatir. Namun Rawindra, apakah ini yang ingin Dinda bicarakan berdua?

"Rawindra sudah makan?" tanya Via pada Rawindra. Via sedikit menunduk agar bisa sejajar dengan Rawindra.

"Belum," jawabnya pelan sambil melihat Via. Ya Tuhan, mata itu jelas milik Bowo. Via mendesah.

"Kita ke tempat itu yuk," ajak Via sambil menunjuk tempat makan yang berada di sisi sebelah kanan pintu keluar. Rawindra menoleh ke Dinda.

"Ikut Tante Via dulu ya, Mama mau ngobrol dengan Om Radi." Dinda sebenarnya sungkan apalagi dia baru pertama kali ini bertemu dengan Via. Namun, kesempatan ini tidak boleh dia lewatkan begitu saja. Bowo sangat susah dihubungi, jadi kesempatan ini akan dia manfaatkan dengan baik.

Via menggandeng Rawindra ke tempat makan siap saji dan membebaskan anak itu memilih apa yang disukainya. Dari tempat itu, Via melihat Bowo dan Dinda duduk kemudian serius berbicara. Mungkin setelah pembicaraan itu, hari-hari Via juga akan berubah. Entahlah. Via memandangi Rawindra yang asyik mengunyah ayam goreng. Bahkan cara makannya pun terlihat seperti Bowo. Ada nyeri yang menyusup ke lubuk hatinya.

Pendar Melati (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang