Masa lalu akan selalu mengikuti namun, bukan untuk dihindari melainkan dihadapi untuk menjadi arah kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Hari ketiga, Via belum berminat kembali tidur di kamar utama, kamar tempat dia dan Bowo. Tetapi malam ini, Bowo ke ruang baca untuk mengambil kacamatanya yang tertinggal. Di sana, Bowo melihat Via yang sudah tertidur dengan buku yang dia dekap di dada. Semenjak kejadian di bandara, kemudian kedatangan Dinda bersama Rawindra ke rumah, Via semakin menjaga jarak. Tugasnya tetap dia jalankan, tetapi tidak ada kehangatan di sana. Bowo merasa suasana rumahnya kembali dingin, sedingin hati penghuninya.
Bowo memindahkan Via ke kamar tidur mereka. Harapan Bowo, Via tidak terbangun sehingga dia bisa kembali merasakan kehangatan tubuh istrinya itu walaupun harus tetap berhati-hati agar tidak mendapat tatapan tajam yang menusuk dari Via. Selama ini Bowo lebih banyak diam, karena dia tahu permasalahan ada padanya. Namun dia tidak boleh membiarkan hal ini berlarut-larut jika tidak ingin rumah tangganya hancur. Dia harus mengembalikan kepercayaan Via, karena sepertinya hanya menunggu waktu saja Via akan pergi.
Dengan pelan, diletakkannya Via ke atas pembaringan, kemudian menarik selimut dan menutup tubuh istrinya itu hingga ke bagian dada. Setelah memastikan posisi Via sudah baik, Bowo kemudian juga naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Via. Bowo memiringkan posisi tubuhnya, menyamping, hingga bisa dengan leluasa memandangi wajah Via. Wajah yang akhir-akhir ini tidak bisa ditatapnya dalam waktu lama, karena jika berhadapan dengan Via, istrinya itu suka mencari kesibukan. Tangan Bowo terjulur menyingkirkan rambut yang jatuh di bagian wajah Via kemudian mulai mengelus pipinya dengan lembut. Wajahnya mendekat, kemudian mendaratkan ciuman di pipi Via. Via menggeliat, Bowo langsung menarik wajahnya. Beruntung, Via tidak terbangun karena sentuhannya tadi. Bowo ingin bermanja-manja lagi pada Via, sayangnya hal itu masih harus menunggu sampai suasana bisa kembali seperti sedia kala. Via telah mengubah dirinya yang selama ini hanya terfokus pada pekerjaan. Bowo bergeser, kemudian memeluk Via. Dia sudah siap jika Via terbangun dan marah. Namun itu tidak terjadi karena Via malah balik memeluk Bowo dengan erat. Semoga saja Via tidak menganggap tubuh yang di dekapnya ini adalah guling yang sangat empuk jika dipeluk. Bowo hampir saja tertawa, tetapi ditahannya. Istrinya ini memang sangat menggemaskan. Bola mata itu tidak akan pernah Bowo lupakan, bahkan sejak pemiliknya masih bermain boneka di teras rumah yang sering dia kunjungi bersama papanya.
Via terbangun dengan tubuh yang terasa lebih segar. Rasanya masih ingin berbaring lebih lama, tetapi hari ini mereka kembali dengan rutinitas pekerjaan. Kembali berjibaku dengan macetnya jalanan. Menyadari jika tempat tidurnya berbeda dengan semalam ditempati, Via langsung duduk dan melihat siapa yang berada di sampingnya saat ini yang masih tetap memejamkan matanya. Sejak kapan dia berpindah ke tempat tidur ini? Via bergegas turun dan berderap ke pintu. Setelah menutup pintu, barulah Via menarik napas lega. Mengapa seperti kejadian ketika dia pertama kali tidur dengan Bowo? Wajahnya bersemu. Astaga, mereka sudah melakukan lebih dari itu tetapi mengapa Via sering dilanda rasa malu dan berdebar? Dia benar-benar sudah mencintai suami yang umurnya sangat jauh di atasnya itu. Namun hanya sebentar, Via teringat kembali Dinda dan Rawindra, seketika moodnya berantakan. Seharusnya dia berpikir cara yang lebih tepat agar Bowo mau melepasnya. Tetapi itu sulit, karena Bowo dengan tegas tidak akan melepasnya, apalagi sampai bercerai.
Via kemudian ke dapur untuk menyiapkan sarapan, setelah itu ke kamar mandi yang ada di kamar lain. Sebagian pakaiannya memang masih ada di kamar itu jadi Via tidak perlu repot lagi ke kamar utama. Dia berusaha menghindari interaksi dengan Bowo. Setelah bersiap Via menulis pesan di sticky notes dan menaruhnya di atas meja makan. Pagi ini Via mampir dulu melihat papanya baru ke kantor. Via akan menuju ke garasi ketika pintu kamar utama terbuka. Bowo keluar masih dengan pakaian santainya. Nampaknya dia juga sudah mandi, hanya saja belum berganti pakaian kerja. Via tetap melangkah tetapi akhirnya terhenti dengan suara Bowo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendar Melati (complete)
RomanceTulisan ini diikutkan dalam GMG Hunting Writers 2021 ~*~ Via sama sekali tidak menyangka jika alur kehidupan mengharuskan dia menjalani pernikahan dengan Bowo. Pernikahan yang tidak didasari rasa cinta sedikit pun. Ayahnya hanya meyakinkan Via, jik...