Chapter 3 : What If...

5.6K 973 186
                                    

Play Mulmed
(Johnny Orlando - What If)

...

Jennie memasang ekspresi sebal ketika dua pasang netra jelalatan itu menyorotinya dari atas sampai bawah dengan tatapan lapar. "Bisa tidak kau jangan memasang wajah mesummu itu di hadapanku?" tanyanya dongkol bercampur malu.

"Kau cantik," puji Taehyung jujur. "Tapi lebih cantik saat telanjang sih, hehe."

"Bisa-bisanya kau bicara begitu tanpa malu." Mendengus keras, Jennie mendapati dirinya memang tengah ditelanjangi oleh rasa malunya sendiri. "Dengar ya, aku masih membiarkanmu berkeliaran di sekitarku hanya sampai aku bisa membuktikan bahwa aku hamil atau tidak."

"Kalau hamil bagaimana?" tanya Taehyung tersenyum miring. Memperbaiki posisi duduknya hingga bersandar dengan baik pada headboard kasur, ia kembali memasang tampang cerianya. "Apa kita akan menikah? Itu akan asik! Aku tidak sabar mendengar kabar menakjubkan itu. Semoga saja spermaku berkerja dengan baik di dalam sana."

"Jangan bicara mesum di hadapanku!" omel Jennie. Ia dapat merasakan bongkahan pipinya memanas dan sukses memerah karena ucapan vulgar yang pria itu katakan secara terang-terangan. "Pokoknya kau harus memastikan ini menjadi rahasia kita. Mengerti?"

Dengan senyuman polos dan anggukan patuh, Taehyung mengiyakan ucapan wanita itu tanpa keberatan sama sekali. Lagipula, dengan siapa dia bisa memamerkan hal itu di sini? Ia tidak mengenal siapa pun, dan begitu pula sebaliknya-tidak ada yang mengenalnya di sini.

"Sekarang ikut aku!" titah Jennie mengambil tasnya yang ada di atas nakas sisi tempat tidur sebelum lebih dulu melangkahkan kaki meninggalkan ruangan itu. Omong-omong, mereka sama-sama sudah mandi sebelumnya.

Tidak ingin kehilangan jejak, Taehyung dengan cepat menuruni kasur dan mengejar langkah Jennie. Menghalangi langkah wanita itu, Taehyung dengan baik hati menawarkan bantuan, "Mau aku gendong? Cara berjalanmu agak mengkhawatirkan."

"Kau sanggup? Aku berat tahu," ujar Jennie saat Taehyung sudah menjongkokkan diri di depannya—menawarkan punggungnya untuk dinaiki. Mengetahui bahwa Taehyung tampak tidak peduli akan hal itu, Jennie akhirnya menyetujui kemauan Taehyung untuk naik. Jujur, berjalan dengan kaki terseok-seok saat mengatur langkah benar-benar merepotkan.

"Jadi kemana kita akan pergi?" tanya Taehyung antusias. Ia melirik sejenak sebelum akhirnya memilih acuh dan meneruskan langkah melewati puluhan bangku yang tidak lagi tertata rapi dalam ruangan luas tempat puluhan orang menghabiskan malam panjang dengan iringan musik keras kemarin.

Mendengus untuk kesekian kalinya, Jennie berucap tanpa beban, "Kau pulang ke rumahmu dan aku pulang ke rumahku. Kita hanya akan berkomunikasi melalui ponsel."

Menghentikan langkahnya, Taehyung menoleh untuk mempertemukan tatapan mereka serta memberikan tatapan tidak setujunya. "Aku 'kan sudah bilang aku tidak punya rumah di sini. Ponselku juga tidak berfungsi di sini."

"Kau kira aku percaya?" tanya Jennie anggap remeh. "Aku tidak punya banyak waktu untuk mempercayai ucapanmu mengenai raja, kerajaan, dan segalanya yang kau katakan padaku sebelumnya."

Taehyung mendecih dan menggerutu, "Memang susah sekali membuatmu percaya." Daripada terus berdebat, Taehyung akhirnya memilih untuk melanjutkan langkahnya. "Aku benci dicampakkan, jadi bagaimana pun juga kau harus bertanggung jawab."

My Last Queen [Complete (✔) | TERSEDIA VERSI LENGKAP PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang