Epilog

1.1K 119 83
                                    

"Kemudian perasaan itu tumbuh bersamaan dengan mekarnya bunga-bunga, seperti bintang-bintang di langit malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemudian perasaan itu tumbuh bersamaan dengan mekarnya bunga-bunga, seperti bintang-bintang di langit malam."

***

Setelah semua lelah dan masalah, akhirnya mereka kembali pada hari-hari membosankan sebagai mahasiswa tingkat akhir. Setelah sekian lama menghadapi banyak hal tidak terduga yang mendekatkan mereka pada bahaya, akhirnya pula mereka bisa menjalani hidup dengan normal.

"Kau memang kurang kerjaan, Ten."

Ten dengan tidak tahu dirinya sedang mengganggu Doyoung yang serius mengerjakan laporannya di perpustakaan. Bayangkan saja, lelaki itu jauh-jauh ke Yeongeon hanya untuk menemui Doyoung. Iya, demi Kim Doyoung.

"Aku hanya merindukan dirimu, Doyoung-ah."

Ini sudah kalimat menggelikan yang kesekian. Doyoung muak mendengarnya. Ingin menggunakan headset pun sama tidak mempannya mengingat seberapa bebal sahabat gilanya ini. Melihat Doyoung yang risih saja ia tertawa. Katanya, itu merupakan kepuasan sendiri untuknya.

"Kau harusnya menemani Joy sana! Kembali ke tempatmu berasal!" Usir Doyoung tanpa mengalihkan perhatian. Sudah tak tahu lagi berapa teguran yang mereka terima sejak satu jam lalu masuk ke perpustakaan. Ini semua karena Ten!

"Besok Chungha keluar dari rumah sakit." Ten berdeham sejenak, memelankan suara. "Kau tidak ingin bertemu Sejeong, eoh? Setelah masalah selesai kau tidak pernah pulang ke Guri, kan? Kau juga menitipkan Sejeong padaku." Lagi, laki-laki itu berdeham. "Dia murung sepanjang hari karena merindukanmu.."

Doyoung merotasikan bola matanya. Nada bicara Ten terdengar mengejeknya. Ah, kalau diingat-ingat memang dia dan Sejeong sudah lama tidak bertemu. Memang tugas akhirnya ini menyita waktu bebasnya.

Doyoung jadi semakin merindukan gadisnya.

Melihat Doyoung yang melamun sambil tanpa sadar tersenyum sendiri itu memunculkan niat jahil Ten. Ia diam-diam memfotonya lalu segera mengirimkan foto itu kepada Sejeong. Tolong berikan sebuah penghargaan untuknya sebagai pakar cinta. Memang dia jagonya kalau urusan cinta.

"Sebaiknya kau berhenti mengerjakan tugas untuk dua hari kedepan dan persiapkan rencana kencan. Kau akan pergi beberapa waktu, harusnya kau mengikat Sejeong pada sebuah hubungan."

"Godaan setan memang menakutkan, ya?"

"Wah, apa kau baru menyebutku sebagai setan?"

"Sejak kapan? Aku hanya menyebut setan. Apa kau dengan aku menyebut namamu? Tapi kalau memang kau merasa, baguslah."

"Sialan kau."

Tanpa sadar pula mereka tertawa, melupakan dimana mereka sekarang berada. Memang, kedua orang ini sering tidak tahu diri, sebuah teguran terakhir kembali mereka dapatkan.

[2] STAR BLOSSOM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang