Akhir

28 5 1
                                    

Alena terduduk lemah. Kakinya seakan tidak dapat menopang tubuhnya lagi. Selama ini dia sudah berusaha untuk menyayangi semua anaknya.

"Hanya ada satu jalan tapi itu tidak mungkin ada" jelas dokter, sambil melihat ke arah Juwa.

"Aku tidak yakin. Tapi, Juwa tidak bisa selamat kecuali dia memiliki kekuatannya kembali. Dia benar benar tidak memiliki kekuatan apa apa sekarang," jelas dokter itu.

Alena berpikir sejenak. Lalu dia keluar dari ruangan itu, "Angel, kau dari unsur yang sama dengan Juwa. Kau bisa memberikan kekuatan mu untuknya, anakku?"

"Maaf ibu, air yang aku miliki tidak dapat menyentuh tubuh Juwa. Itu akan membeku seketika," jelas Angel.

Dokter itu terdiam tanpa berkata apapun, dia hanya melihat Alena mencoba untuk menolong Juwa yang sudah tidak bernyawa lagi.

"Bagaimana dengan mu Nadya?? Kalian memiliki hubungan yang kuat di antara yang lain,"

"Iya ibu, aku memiliki hubungan yang begitu erat dengannya. Tapi, aku tidak bisa membantunya, maaf," ucap Nadya sambil tertunduk.

"Ibu, kau kau pernah menolong Juwa. Ku mohon selamatkan anakku kembali ibu" mohon Alena kepada Dewi Ratih.

Alena tidak berunsur es, dia Dewi Air dan Alam. Penyembuhannya tidak bisa membantu Juwa karena tahu itu akan sia-sia.

Dewi Ratih tidak menjawab, dia hanya menggeleng pelan ke anak perempuannya itu.

Alena frustasi, dia tidak ingin kehilangan salah satu anaknya. "Dewa kau ayahnya, kau tolong bantu putri mu. Dia sangat menyayangi mu Dewa, ku mohon," ucap Dewi Alena sambil bertekuk lutut.

"Aku bisa saja membantunya Dewi. Tapi, diriku sendiri yang memutuskan hubungan ku dengannya,"

Dewi Alena tidak dapat menahan sesak di dadanya. Hatinya begitu sakit, melihat putrinya di bawa keluar oleh para penjaga.

Tanda di perut Juwa yang memutih, air yang terus keluar dari tubuhnya, mata terpejam, rambutnya memutih, tidak ada hawa dingin yang menusuk di kulit lagi, dan tidak ada lagi senyum bahagia di wajahnya.

Saudari Juwa tidak dapat menahan tangisnya kehilangan saudari yang mereka sayang. Seorang yang selalu mereka jaga, seorang yang selalu mereka khawatir kan selama beberapa bulan.

"Jangan tinggalkan aku, kau masih memiliki janji yang belum kau tepati," isak Nadya.

"Hey cengeng, aku sudah menebusnya. Kau pergilah ke taman. Aku sudah menepatinya," ucap Juwa melalui hubungan telepati mereka.

Nadya semakin terisak, dia menjatuhkan dirinya ke lantai.

Tubuh yang sudah tak bernyawa itu, dibawa ke ruangan khusus. Ruangan itu, tempat dimana semua tubuh yang tidak bernyawa di mandikan.

TENG!!!
TENG!!!

bunyi yang dihasilkan dari lonceng besar.

"Maaf, aku membawa kabar duka dari anggota kerajaan. Putri kerajaan ke-lima telah meninggal dunia!! Seluruh rakyat berkumpul di halaman kerajaan!!"

"apa ini akhir dari segala petualangan mu, Ju? Masih banyak petualangan yang ingin kau capai, bukan? Apa aku harus memberi tahu orang tuamu? Aku harap kau bahagia disana," Andira tertunduk sambil menyeka air matanya.

"Juwa, aku tau kau selalu memperhatikan ku. Kau selalu khawatir dengan apa yang aku lakukan. Kau selalu mengikuti ku, aku tidak sependiam itu kau tenang saja," Andira sedikit tertawa.

"Hey. Aku akan membuang semua buku dari kamarmu, aku akan membakar nya. Kalau kau tidak mau kembali, aku tidak jadi membelikan tiket pergi untukmu" , Angel memaki dalam hati. " kau kira aku takut? JANGAN BUANG SEMUA ITU, AKU MEMBELINYA DENGAN UANG JAJAN KU,"

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang