Khawatir

120 36 5
                                    

Kucing hutan itu menurunkan seseorang dari punggungnya di sekitar tempat pertarungan, dia melihat anak anak itu sementara kucing itu mengejar makhluk aneh yang menyerang mereka.

"Dewa Rolf kumohon bantuanmu," gumam seseorang yang menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan sendu. Ingin sekali dia membantu, tapi kata hatinya menyuruh dia menunggu.

Rolf keluar dari akar akar. Dia menyembuhkan mereka, tapi saat kekuatannya menyentuh tubuh Juwa. Penyembuhan itu ditolak, tidak bisa masuk untuk menyembuhkan.

Rolf melihat ke arah pria yang sedari tadi memperhatikan. Kemudian dia menggeleng pelan.

Seseorang tadi datang dan mendekat. Dia memperhatikan wajah Juwa yang tenang. Setetes air mata turun melewati pipinya. Pria dengan rambut putus dan kulit pucat, serta aura dingin yang menusuk.

"Maaf tuan anda siapa?" Andira bertanya sambil mencoba membantu menyembuhkan saudarinya yang lain.

"Aku Dewa Rail, Dewa Es dan Salju," ucapnya. Kemudian dia duduk mengusap rambut Juwa pelan. "Aku sudah memperhatikannya lama sekali."

"Dewa, apa Juwa bisa selamat?" Nadya menatap Dewa Rolf Penuh harap.

"Aku tidak tahu. Dia sedang diambang antara kehidupan dan kematian." Dewa Rolf menjawab sambil menundukkan kepalanya.

"Ada satu cara. Mahkota Juwa yang ada di istana bulan. Itu dihancurkan, dan digantikan untuk nyawanya. Tapi selain unsur es dan salju tidak ada yang bisa memasuki ruangannya."

"Aku harus tetap disini, memberikan kekuatan agar dia masih bisa memilih antara kehidupan dan kematian." Jelas Rail

"Tapi Dewa aku Bisa," seseorang muncul dari semak semak.

Mereka terkejut. Seseorang yang tentu saja mereka kenal. Dia Bobby.

"Aku pangeran es dan salju." Dia membungkuk.

"Dia anak dari saudari Dewi Alena, yg berunsur sama seperti Juwa" Jelas Dewa Rail memberi tahu.

Rail menyetujuinya. Bobby langsung terbang dan melesat di udara dengan kecepatan terbang yang tinggi.

Angel masih menatap tak percaya. Jadi selama ini yang dia pukul dan dia jahili anak seorang Dewi?

"Dewa boleh aku bertanya?" Nadya meminta ijin

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Apakah Dewa atau Dewi dari unsur es atau salju tidak bisa menangis? karna aku tidak pernah melihat Juwa menangis, jika dia terluka dia hanya meringis sedikit. Dan saat aku melihat kejadian dimana Juwa dilahirkan dia tidak menangis, bisa kau menjelaskan padaku Dewa?" Nadya menjelaskan keganjalan pada Juwa.

"Kalau kami tidak bisa menangis, mengapa aku tadi meneteskan air mata nak? aku juga selalu memantau Juwa danyang kau tanyakan memang selalu ku cari tahu, di buku Unsur es dan salju pun tidak ada yg menjelaskan bahwa makhluk Salju atau es tidak bisa menangis," jelas Rail.

Bahkan saat Juwa sekarat di genggaman makhluk aneh dia tidak menangis kesakitan.

Chaca dan Tasya beranjak "Kami izin sebentar." Chaca mengajak Tasya ke sesuatu tempat.

"Lo tau gak pas makhluk itu mau bilang alasan ingin ngebunuh Juwa, tapi Juwa langsung motong kalimatnya?" tanya Chaca sedikit berbisik.

"Gue curiga sama itu. Tapi gue lebih curiga kenapa dia gak nangis." Balas Tasya juga berbisik.

Tanpa sadar seseorang mengikuti mereka dan menguping percakapannya. "Kalian ngomongin apa?" tanya Nadya ikut berbisik.

"Ngapain Lo disini, nad?" Chaca bertanya dengan heran.

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang