Mengungkap

233 50 8
                                    

Karena kejadian waktu itu, mereka menjadi lebih dekat daripada sebelumnya. Mereka juga sudah menyimpan nomor masing masing.

Ada satu hal yang membuat mereka berdua terkejut, yaitu melihat wajah Juwa tertawa untuk pertama kalinya di hadapan mereka. "Lo berdua gak pernah liat orang ketawa, apa?" ucapnya waktu itu.

Disekolah, Juwa tidak suka mengobrol dan tertawa. Dia hanya melamun, mengerjakan tugas, dan melihat kearah lapangan yang sepi.

Terkadang Angel berfikir teman sebangkunya ini harus dibawa ke psikiater, karena terlalu banyak melamun. Dan itu mengerikan

Karena kedekatan mereka sekarang, cara bicara mereka juga sedikit lebih santai. Awalnya tidak terbiasa, namun Angel yang dapat mencairkan suasana antara Juwa dan Andira yang memiliki sifat yang berlawanan dapat membuat mereka lebih santai.

Hari ini mereka memiliki janji jam 11 siang itu di cafe yang sebelumnya sudah di beri tahu Angel. Hari minggu yang seharusnya dihabiskan untuk bermalas-malasan, jadi harus berkumpul dan berbicara.

"Eh, lo mau ngomongin apaan?"
tanya Angel pada Juwa setelah mereka bercerita panjang lebar.

Sebelumnya Juwa sudah memberi tahu kalau dia ingin menunjukan suatu hal.

"Ke belakang Cafe," ucap Juwa pelan sambil berdiri dan berbicara pada pelayan cafe.

Mereka pergi ke gedung belakang cafe. Tempat yang terlihat kumuh dan tidak terawat juga orang orang yang tinggal disana menatap mereka tidak ramah.

Tidak sembarang orang bisa masuk kawasan ini. Tempat yang biasa digunakan untuk jual beli barang ilegal, obat obat terlarang, dan berbagai macam lainnya.

Angel memegang lengan Andira sambil bergidik ngeri, "ini vibes nya ga enak banget," ucapnya.

"Sini," ucap Juwa setelah masuk kedalam gedung kumuh itu. Beberapa orang yang tinggal disana terlihat menyeramkan, seperti yang menatap mereka diluar.

"Jangan ngeliatin mereka," peringat Juwa.

"Serem banget, ngapain kesini sih?" keluh Andira sambil narik tangan Angel.

Angel yang juga ketakutan hanya bisa diam tidak melirik sana sini hanya bisa mengikuti langkah Juwa. Bahaya juga kalo ada yang tiba tiba menatap nya dengan mata melotot.

"Sebentar," jawab Juwa sambil membuka pintu suatu kamar.

Ruangannya gelap juga sedikit terdapat genangan air dan tidak ada cahaya masuk.

Kemudian Juwa sedikit meraba tembok dekat pintu.

*Ctlek

Lampu menyala, desingan pelan juga terdengar. Ruangan gelap dan genangan air sudah berganti menjadi ruangan minimalis. Sangat berbeda dengan tampilan luarnya.

"Lo tinggal disini?" tanya Angel terkejut sekaligus kagum.

"Nggaklah, gue ada rumah. Ini cuman buat gue menyendiri aja." ucapnya.

"Kawasan ini tersembunyi dari dunia luar, cuma orang asli disini yang tau jalan masuknya," Jelas Juwa. "Orang orang disini gak jahat kayak yang lo liat, tempat tinggalnya juga gak kumuh kayak luarnya. Semua kamar tempat di kawasan ini cuma jelek luarnya."

Mereka duduk saling berhadapan. Juwa menyalakan televisi yang ada disana agar ruangan ini tidak terlalu hening.

"Gue mau nunjukkin ini," ucap Juwa mengayunkan tangannya. Butiran salju keluar dari telapak tangannya.

Aura dingin menyeruak di ruangan itu dan butiran butiran salju terlihat keluar dari telapak tangan bersamaan dengan cahaya biru dingin. Rambut Juwa juga ikut memutih, kulitnya ikut memucat.

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang