Tuduhan

45 7 3
                                    

Sebulan berlalu mereka tinggal dirumah Juwa, tidak ada kabar apapun yang datang, mereka bersyukur karena tidak perlu khawatir yang artinya kerajaan bulan baik baik saja.

"Gue marah, tapi juga ngerasa jahat," ucap Nadya tiba tiba ditengah ruang keluarga.

Chaca menatapnya bingung, dan bangkit dari tidurnya. "Apa maksud lo?" tanya Chaca.

"Ya gitu, lo gak mungkin, gak paham. Gue tau lo gak bodoh," ucap Nadya.

Mereka sibuk dengan benda persegi panjang di tangan mereka. Tidak hanya ada mereka tapi para pangeran juga ada. Karena rumah Juwa yang besar mereka lebih suka di sini daripada gedung belakang kafe itu.

Juwa berdiri dari sofa dimana dia duduk, mendekat ke arah balkon dan melihat ke arah bulan. Seperti biasa bulan terlihat indah jika dilihat dari sini. Hatinya terasa sakit setiap malam ketika ia mengingat bulan.

Dia kembali ke tempat duduknya meraih kembali benda persegi panjang itu, dia mencoba bersantai atas apa yang dia ingat, yang seharusnya gak pernah diingat lagi.

Pagi hari....

Tok....
Tok....

"Iyaa!" teriak Tasya.

Dia membuka pintu rumah Juwa, dan terlihat sekelompok manusia bersayap dengan senjata memenuhi halaman rumah Juwa.

Tasya terdiam mematung. Dia terkejut sampai tidak dapat berkata apapun.

"Kenapa??" tanya Juwa muncul dari balik Tasya. Menatap sekelompok tentara kerajaan bulan dengan tajam dan menusuk.

"Ada apa, panglima?" tanya Juwa.

"Tuan Putri, anda diperintahkan untuk kembali ke kerajaan bulan." ucap seseorang berbadan tunggu dan tegap.

Juwa menggeleng, "kami tidak akan kembali."

Panglima di depannya ini mengepalkan tangannya kuat, "ada di tuduh melakukan perjanjian dengan monster es," ucap Panglima itu.

"Monster es? Apa yang kau maksud panglima?" tanya Tasya.

Dari langit Bobby dan para pangeran lain turun di halaman rumah Juwa. Mereka bingung melihat semuanya. Mereka datang Karena Harry merasakan kehadiran kekuatan Makhluk kerajaan bulan.

"Mau kemana?" tanya Bobby.

"Salam Pangeran, Putri Es diminta untuk datang ke Kerajaan Bulan." Panglima itu memberi salam dan menjelaskan.

Tiga prajurit maju, bersamaan dengan saudari Juwa yang lain ikut keluar. Mereka terdiam begitu Tasya menatap mereka, mata merahnya menyala seperti api yang berkobar.

"Putri Es boleh pergi, tapi kami ikut dengannya," Andira menyela.

"Dir,"

"Mana mungkin gue biarin lo pergi sendiri," sambung Andira.

Panglima itu terlihat berfikir sebentar, ini keputusan yang sulit untuknya.

"Baik, Putri."

Juwa kembali masuk ke dalam rumahnya, berpamitan dengan ayah ibunya yang sejak tadi khawatir akan apa yang terjadi pada putri mereka satu satunya.

"Aku berusaha akan kembali," ucap Juwa tersenyum lalu memeluk mereka.

Dia kembali keluar, di depan rumahnya sudah ada Snow yang sudah berubah menjadi kucing besar. Hawa dingin dan mata tajam Snow membuat para pasukan bergidik ngeri.

Snow berjalan dengan gagah, dia binatang kerajaan jadi sifatnya yang gagah dan berani sudah ada.

"Baik, Aku berangkat." Dia menaiki Snow, lagi lagi Juwa tidak membentangkan sayapnya.

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang