Keluar

32 8 3
                                    

Dari kejauhan terlihat Kirana yang berjalan mendekat ke arah mereka. Dia berjalan dengan anggun.

"Ada apa? Kenapa Kirana kesini?" tanya Angel. Kano mengangkat bahunya. "Gak tau, tunggu aja." jawabnya.

Kirana membungkuk dan memberi salam, begitu juga para Pangeran dan Putri.

"Kalian di panggil Dewa dan Dewi," ucapnya.

"Hadeeh, apalagi?"

Mereka membentangkan sayapnya dan pergi melesat ke arah Istana. Kecuali Juwa, dia memilih berjalan. "Kenapa, Tuan Putri berjalan?" tanya Kirana.

"Ah, aku hanya ingin," jawab Juwa.

Bobby menyadari Juwa tidak terbang bersama mereka, dia kembali dan melihat Juwa berjalan bersama Snow sendirian. Tidak melebarkan sayapnya dan tidak menaiki Snow.

"Kenapa gak ikut terbang?" tanya Bobby turun dari langit.

Juwa tidak menjawab, dia hanya menggeleng. Bobby juga tidak bertanya lagi, dia memilih menemani Juwa berjalan hingga istana, dan sedikit mengobrol dengannya.

Pintu Istana terbuka, "hahh.... Aku benci tempat ini," ucapnya. Bobby terkejut. Dia teringat kejadian beberapa bulan lalu, tentang Dewa Rail. Yaa, kalau di ingat dia bisa kesal juga.

Mereka pergi ke ruang tertutup tempat pertemuan para dewa dan dewi seperti biasa.

"Karena semua sudah berkumpul, Ibu akan menyampaikan, kalau kalian akan menjabat menjadi Dewa dan Dewi." ucap Alena tanpa banyak bicara.

"HAH??" ucap mereka semua bersamaan. Ini terlalu mendadak buat mereka, juga terlalu cepat untuk umur mereka.

Mereka berpandang satu sama lain. Bahkan Juwa yang biasanya tidak peduli juga terkejut karena pengumuman mendadak ini.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Tasya.

"Kami bahkan tidak tau apa apa tentang pemerintahan." sambung Chaca.

Hening, tidak ada suara.

"Tunggu!"

Semua orang lantas melihat ke arah Nadya, iya dia sedikit menguatkan suaranya.

"Bagaimana, jika menjalani pelatihan terlebih dulu?" Nadya memberikan sebuah ide. Semua orang berpikir akan keputusannya.

Mereka masih diam, "aku tidak setuju. Ini terlalu cepat buat kami. Bahkan aku dan yang lain baru bertemu selama 10 bulan. Itu tidak cukup." jelas Juwa.

"Aku dan Pangeran Alam, juga baru bertemu satu jam yang lalu. Bahkan hampir saling membunuh," Pernyataan Juwa membuat semua orang terkejut. Termasuk Ole yang berada di situ.

"Kami harus mengerti satu sama lain," sambung Harry. Dia benar. Bahkan Kano saja masih jarang berbicara dengan Angel. Dia masih takut di tinju lagi.

Para Dewa dan Dewi hanya diam mendengarkan pendapat mereka. Mereka paham, tapi tidak berbicara sama sekali.

Alena bangkit lagi dariduduknya, kemudian melipat kedua tangannya. "Aku beri waktu hingga matahari terbenam." Lalu dia meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata lagi. Begitu juga Dewa dan Dewi yang lain. Mereka meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata lagi.

Mereka tidak beranjak dari ruangan itu, mereka malah duduk dan memikirkan semua nya disana. Untuk mengambil keputusan secepatnya.

"Gimana?" tanya Andira.

"Gue nggak." Juwa mengucapkan dengan kalimat yang tegas, seperti tidak ingin di bantah.

Bobby melihat kearahnya, wajahnya turut seperti sedih. Tapi dia mengerti kenapa Juwa menolak perintah itu, "gue juga nggak," ucapnya. Juwa sedikit terkejut, dia bahkan menyangka kalau Bobby akan menuruti perintah Kerajaan.

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang