Senyuman

41 7 4
                                    

Beberapa Bulan kemudian, semua kembali normal. Tidak ada kejadian ini dan itu. Juwa juga sudah kembali ke saudarinya. Tapi tidak ingin pergi ke kerajaan bulan.

Ada rasa marah dan tak suka jika ia berada di tempat itu lebih lama.

Juwa lebih memilih tinggal di Kerajaan Es. Tidak ingin berhubung dengan Kerajaan bulan secara langsung. Ayahnya sering ketempat ini, tapi dia tidak mau bertemu dan lebih memilih menyembunyikan dirinya di kamarnya.

Di kamarnya hanya ada dia dan Snow, tidak ada pelayan dan yang lainnya. Kerajaan juga sepi, tidak seperti Kerajaan yang lain terdengar hiruk-pikuk penduduknya.

Juwa juga sudah mendengar tentang pelayannya di Kerajaan bulan yang masih setia menunggunya disana. Terkurung di dalam kamarnya.

"Snow, kau ingin kembali?" tanya Juwa membelai bulu kucing besarnya yang tertidur itu. Tidak ada jawaban hanya hening yang tersisa.

Sesekali Bobby menghampiri nya untuk sekedar bercerita tentang apa saja yang terjadi pada saudarinya. Terkadang Juwa hanya diam menanggapi, atau tersenyum tipis.

Suara langkah kaki ramai tiba tiba masuk melewati lorong lorong kamarnya, dan sedikit berisik.

"Yang mana?"

"Dinginnnnnnn,"

Seperti yang sudah di tebak, itu mereka. Saudarinya.

Juwa membuka pintu dan terkejut membelalakkan matanya. "Kalian ngapain kesini?" tanya Juwa.

"Lo gak pernah keliatan di Kerajaan bulan." Nadya memaksa masuk ke dalam kamarnya. Juwa juga membiarkan walau dia sebenarnya ingin sendirian.

"Lo semua bisa sakit."

"Ada Andira, gampang." Angel langsung merebahkan dirinya di kasur Juwa. Sebenarnya itu tindakan bodoh, karena kasur Juwa dingin sekali.

Juwa menghela nafasnya, "gue kan bisa kesana."

"Yaelah, kayak lo mau aja," Sambung Chaca. Ya itu benar, Juwa pasti akan menolaknya.

Dua pelayan masuk dengan teh hangat, lebih tepatnya teh panas. Pelayan itu masuk dengan tatapan dingin tapi masih tersenyum. "Silahkan, Tuan Putri." ucap Pelayan itu lalu kembali keluar.

"Gak dua kali deh gue kesini, orangnya jutek semua." ucap Angel.

Tasya mengangguk setuju, dia lebih suka keadaan Kerajaan nya yang hangat dan menyenangkan.

"Lo tau kan? Ulang tahun kita udah lama lewat?" tanya andira.

"Tau, jangan bahas itu dulu deh. Gue males," ucap Juwa.

"Lo tuh aneh, banget. Apa sih? Cuman ultah sensitif banget." Nadya berdiri dari duduknya. Merasakan hawa yang sedikit mengganggunya.

"Ya makanya jangan bahas itu, gue males."

"Tapi lo tau kan-" ucapan Tasya terpotong. Suhu ruangannya menjadi lebih dingin, tatapan matanya juga makin menyeramkan.

Tasya mati matian menghangatkan tubuhnya dengan suhu yang ekstrim ini. Kekuatannya melemah sangat cepat.

"Ah! Maaf," Juwa tersadar.

"Tolong jangan bahas. Lain kali gue cerita." Juwa bangkit dan menatap ke arah luar jendela menghiraukan saudarinya yang berdiri menatap bingung padanya.

Mereka kembali tanpa sepatah kata. Sulit untuk mereka kembali tanpa berbicara banyak pada Juwa. Tapi, bagaimana pun itu keputusannya saat ini.

Snow turun dari tempat tidur Juwa kemudian pergi ke tempat Juwa. Mengeram di kaki juwa.

6 ANGEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang