36. Nervous

108 19 11
                                    

Vote, comment, and Share
~Happy Reading~


****










Hari ini adalah hari minggu. Tepat dimana Devan dan Renata akan bertemu siang ini, seperti yang dijanjikan Devan kemarin. Tentunya hari ini adalah hari sepesial yang mereka berdua nantikan. (Mungkin)

Devan baru saja keluar dari kamar mandi. Ia menuju kamarnya dan berdiri di depan cermin besar. Ia menoleh menatap Marsel yang tengah bermain ponselnya diatas tempat tidurnya.

"Bro gue minta pomade lo ya" ucap Devan meminta izin kepada Marsel.

"Ambil aja" balas Marsel tanpa menoleh menatap Devan.

Devan memganggukkan kepalanya paham. Ia mengambil sebanyak 2 ruas jarinya dan meratakannya di atas telapak tangannya lalu ia usapkan ke rambutnya, menyisirnya menggunakkan jarinya dari depan ke belakang hingga membuat seluruh tersingkap ke belakang.

Devan tersenyum dan nampak puas menatap wajahnya didepan cermin dengan bangganya. "Ganteng banget gue"

Marsel melirik dan mengarahkan ponselnya tepat ke posisi Devan berdiri saat ini. Ia bersusah payah untuk menahan tawanya kali ini. "Gantengnya kebangeten deh ya"

Sedang asyik narsis bercermin, Devan melirik Marsel melalu cermin didepannya, sepertinya Marsel sedang berulah untuk menyebarkan aibnya. Devan pun langsung membalikkan badannya dan merebut paksa ponsel Marsel.

"Eh apaan lo anjing!" gerutu Marsel tak terima.

Devan mengerutkan keningnya, dan terus menscroll isi galeri di ponsel Marsel. Namun untungnya Marsel belum sempat mengambil fotonya tadi. Ia pun melemparkan asal ponsel Marsel.

"Makanya nggak usah iseng jadi orang" ucap Devan berjalan menuju lemarinya.

Marsel tersenyum miring. "Lo takut ya kalo gue kirim Renata?"

"Apaan. Jangan ngaco" ucap Devan sembari mengambil sweater biru laut lalu ia kembalikan kembali merasa tak cocok. Ia kembali memilah outfit yang akan ia gunakkan hari ini.

"Halah tinggal bilang, GUE MASIH SUKA SAMA RENATA, aja susahnya minta ampun" pekik Marsel menatap tajam Devan. Sedangkan Devan malah memilih untuk bungkam dan ingin segera menemukan pakaian yang cocok untuk ia pakai.

"Kalo serius ya diseriusin. Jujur nih ya dari hati yang terdalam, gue emosi banget loh sama hubungan kalian berdua. Kalian itu sama-sama egois, nggak ngertiin satu sama lain, kalian nggak bisa denger penjelasan alias nggak mau tahu, padahal kalian pacaran udah beberapa tahun, gila!" gerutu Marsel sembari mengeluarkan rokok elektrik yang baru ia beli dan segera menghisapnya.

"Padahal gue setuju kalo kalian putus, gue seneng liat Renata yang bisa bebas sama siapapun tanpa perlu lo atur" lanjut Marsel yang langsung berdiri dan meninggalkan kamar Devan.

Devan sama sekali tak menjawab satu kata pun dari ucapan yang dikatakan Marsel tadi. Ia menundukkan kepalanya, dan memukul lemari beberapa kali. Memang ada benarnya, perkataan Marsel barusan.



*****





09.40

EUNOIA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang