Melihat nama anda saja begitu tak mengenakkan suasana.
-Amanda Talitha
•••
Kini gadis itu berdiri didepan cermin besar kamarnya. Ia merapikan rambutnya agar terurai indah di bahunya. Matanya juga terus memandangi arah gerak tangan kananya merapikan poni tipis di bagian depan jidadnya. Gadis itu terlihat begitu anggun dengan seragam putih abu-abu yang melekat ditubuhnya menandakan ia masih duduk di bangku SMA.
Gadis itu memutar tubuhnya didepan cermin besar kesayanganya. Setelah merasa semuanya pas, ia langsung keluar dari kamar dan turun melewati anak tangga. Matanya tak menunjukkan semangat lagi ketika melihat pemandangan di meja makan keluarganya. Sudah ada ayah, ibu, dan satu anak laki-laki yang juga memakai seragam putih biru itu duduk sembari melahap sarapan pagi ini.
Mata gadis itu terlihat begitu terluka, langkahnya begitu berat untuk mendekati meja makan keluarganya itu. Apalagi melihat pria yang ia sebut ayah itu menatapnya, gadis itu malah membalas dengan tatapan malas. Namun, sapaan dari ibu membuat gadis itu tak lagi menunjukkan muka malasnya. Gadis itu langsung tersenyum dan menarik kursi di sebelah laki-laki berseragam putih biru sebagai adiknya. Ia mengambil secentong nasi lengkap dengan lauknya, lalu menyantapnya.
Keheningan suasana pagi itu begitu terasa, gadis itu tak berselera untuk berbicara.
Pertanyaan ibu kala itu memecahkan suasana.
"Mau sampai kapan kalau lagi kumpul kaya begini diem-dieman terus?" Pertanyaan ibu tak disahut oleh kedua anaknya, apalagi oleh suaminya. Membuat ibu mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengucap kembali.
"Ibu pengin kita akur kalau lagi bareng begini." Lagi-lagi kalimat itu tak menerima tanggapan apapun, seperti ibu berbicara didepan tembok rumahnya.
Ibu menyerah, ia melanjutkan menyuapkan sendok demi sendok nasi kemulutnya.
Gadis itu selesai menyantap sajian sarapan dipagi hari, kini ia berdiri dan pandanganya menatap ibu yang masih duduk di sebelah ayahnya. Tangan gadis itu dijulurkan guna meminta izin berangkat sekolah, lalu dibalas dengan juluran tangan juga oleh ibunya. Begitupun ia melakukan hal yang sama kepada pria yang ia sebut ayah, namun matanya sontak memberikan aura kebencian. Lalu dilanjutkan bersalaman dengan adiknya.
"Assalamu'alaikum.." pamit gadis itu memberi salam lalu beranjak dari kursi tempat ia duduk untuk menuju keluar rumah.
Gadis itu berjalan menuju halte bis yang jaraknya kurang lebih setengah meter dari rumahnya, ia duduk di bangku penunggu yang sudah disediakan lalu menunggu bis menuju sekolahnya datang untuk mengantarkanya pergi ke sekolah.
•••
Amanda Talitha, gadis yang masih duduk di SMA Nusa Bangsa salah satu sekolah favorit di Jakarta Selatan. Murid yang masuk di sekolah tersebut tentunya bukan murid sembarangan. Adanya seleksi untuk bisa mendapat bangku di sekolah tersebut tak mudah dan biaya yang juga tak kalah mahal. Akhirnya perjuangan Manda kala itu untuk masuk di SMA impianya itu terwujud. Kini ia sudah duduk di bangku kelas 11 MIPA 1 SMA Nusa Bangsa.
Namanya memang Amanda, namun supaya memanggilnya tidak terlalu panjang maka huruf A di depan namanya di hilangkan sehingga cukup memanggil dengan nama Manda saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
أدب المراهقينSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...