Jam makan siang, Jihoon mengajak Wonwoo pergi ke kantin. Saat mereka tengah menyantap makan siang mereka, seorang laki-laki bermata sipit—Soonyoung, tiba-tiba duduk di sebelah Jihoon.
"Sayang, dia siapa?"
Seketika Wonwoo tersedak makanannya hingga terbatuk-batuk. Dia terlalu terkejut karena laki-laki asing itu memanggil temannya dengan panggilan 'Sayang'.
"Lo siapa, sih? Udah dibilangin jangan panggil gue begitu. Gue bukan pacar lo." Kata Jihoon sinis.
"Ih, Uji Sayang suka jahat deh.." Soonyoung memeluk lengan Jihoon.
"Pergi gak? Gue colok mata lo pake sumpit nih." Jihoon menodongkan sumpit mi ayamnya ke depan wajah Soonyoung. "Ganggu orang lagi makan aja."
"Ya, maaf deh maaf... Jangan marah dong. Baru aja kemaren baikan.."
"Elunya aja yang nyebelin."
"'Kan aku udah minta maaf, Ji.."
"Udah, berisik!"
"Kamu belum jawab pertanyaan aku, Sayang.."
"Dia murid pindahan di kelas gue. Napa lu? Mau digebet juga kayak bule yang kemaren?"
Wonwoo sama sekali tidak melanjutkan makannya. Dia malah fokus dengan dua laki-laki yang tengah beradu mulut di depannya.
"Ih, si Sayang ngegas mulu.. lagi PMS, ya?"
Tangan Jihoon mendarat di kepala bagian belakang Soonyoung cukup keras. "Udah bosen idup, ya?"
"G-gue balik ke kelas duluan, Dri.." Wonwoo bergegas pergi melarikan diri dari Jihoon yang sepertinya benar-benar akan menghajar laki-laki sipit itu.
Sebelum kembali ke kelas, Wonwoo pergi ke toilet. Tapi langkahnya dihadang oleh dua orang laki-laki yang tengah berdiri di depan toilet itu.
"Lo gak boleh masuk. Cari toilet lain." Kata laki-laki berhidung mancung—Seokmin.
"Lo siapa ngelarang gue?" Balas Wonwoo.
"Gue gak pernah liat lo sebelumnya. Lo murid baru?" Tanya laki-laki manis di sebelah Seokmin—Minghao.
"Bukan urusan lo. Minggir." Wonwoo berusaha menerobos kedua laki-laki itu tapi nihil.
"Wah... Ternyata masih ada anak sejenis kalian di dunia ini." Wonwoo berdecih pelan.
"Mending lo pergi sekarang sebelum kita bikin idup lo gak tenang." Kata Seokmin.
Wonwoo tersenyum remeh memandang Seokmin dan Minghao. "Lo berdua salah milih target."
Wonwoo maju selangkah lalu menggapai kedua bahu Seokmin. Tatapan matanya yang berubah drastis berhasil membuat bulu kuduk Seokmin berdiri.
"Gue bilang minggir." Wonwoo berujar dengan suara rendahnya.
Seokmin lekas memberi jalan untuk Wonwoo.
"Bego lu! Kenapa dibiarin masuk?" Minghao memukul kepala Seokmin.
"Gila lo? Lo gak liat tatapannya tadi? Jelas banget dia bakal ngebunuh gue! Sumpah demi apapun cowok itu lebih serem daripada si Andri!" Kata Seokmin.
"Bodo amat. Pokoknya lo yang tanggung jawab kalo Dirga marah." Minghao bersandar pada tembok dengan kedua gangan melipat di dada.
Sementara itu Wonwoo yang berhasil masuk ke toilet justru disuguhkan pertunjukan dua orang pria yang tengah menyudutkan seorang pria lainnya. Wonwoo memilih untuk tidak ikut campur dan melaksanakan tujuannya datang ke toilet. Ternyata tindakannya itu mengundang tatapan emosi dari dua pria itu—Mingyu dan Jun.
"Woy."
Wonwoo berpura-pura tidak mendengar. Dia berjalan santai ke wastafel dan mencuci tangannya.
"Woy!"
Wonwoo memutar bola matanya malas lalu melangkah pergi. Tapi bahunya ditepuk da dipaksa berbalik. Di hadapannya berdiri seorang pria berperawakan tinggi—Mingyu, sedang menatapnya penuh emosi.
"Lo tuli apa budeg, sih?"
Wonwoo tidak bergeming. Mata mereka bertatapan selama beberapa detik. Hingga Wonwoo mengingat tatapan itu. Wonwoo ingat siapa pemilik mata itu. Wonwoo sama sekali tidak menyangka dia akan kembali dipertemukan dengan laki-laki yang mencuri ciuman pertamanya lima tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE [✓]
Fanfiction[MEANIE] Dirga mengambil ciuman pertama Arka ㅡyang juga ciuman pertamanyaㅡ secara terpaksa saat mereka berusia 12 tahun dalam kondisi masih tidak saling mengenal. Sebuah kebetulan, Dirga dan Arka kembali dipertemukan setelah 5 tahun lamanya. Apakah...