rumah yang bukan rumah, 16:40 WIB

1K 75 6
                                    

Aku sekarang mulai merasakannya pelan-pelan. Sedari dahulu, rasanya rumah ini tidak pernah menjadi rumah. Selama sekolah menengah, jiwaku terombang-ambing dan lebih memilih merokok hingga larut malam di tongkrongan. Tapi itu hanya berlangsung selama dua tahun. Sisanya, bucin, bucin, dan bucin. 

Usiaku rasanya sudah sangat tua. Aku ditampar dengan ribuan tanggung jawab yang begitu banyak. Bumi pun memerintahkan diriku untuk pindah dari tempat ini. Aku bermimpi sangat tinggi. Bahkan Andromeda pun menjadi saksi. Sudah terlalu banyak Anggur Merah yang mengendap di ginjalku. Jika dijual, sepertinya sudah tidak bisa menembus angka 1 miliar. 

Tapi di pusaran penuh insecurity ini, hal yang paling aku inginkan adalah, rumah bagi perasaanku, dan menerima keberadaanku. Mendengarkanku, kemudian dengan ikhlas membantuku untuk kembali berdiri. Entah mengapa, aku tidak menemukannya sama sekali di rumah ini. Hanya tersisa pilar-pilar yang berdiri di atas teori-teori Stephen Hawking, serta keyakinan yang diberikan kepada Tuhan. Tapi kemudian, tetap saja, rasanya aku sedang berlari seorang diri.

Aneh. Saat untuk pulang, bukannya tenang, malah kembali gelisah.

tulisan yang gua tulis jam 3 malam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang