Ketika terjebak di kamar ini, hal yang terus dipikirkan adalah terbebas. Menghirup udara segar, menyusun jenga agar berdiri dengan tegak. Memacu mobil menembus aesthetic-nya daerah SCBD, disusun oleh hutan semen dan baja. Di belahan Jawa lainnya, aku mengeluarkan sepeda motor dan memanjat aspal arah Mojokerto. Berfoto demi feeds instagram di antara jembatan.
Ketika terjebak di kamar ini, aku membaca buku berulang-ulang. Dari Tagliacozzo hingga Pramoedya Ananta Toer. Kemarin sudah membaca milik Jared Diamond, tapi saat ini lebih penting buku karya Amartya Sen. Bahkan kemarin aku ditawarkan buku yang ditulis oleh Giddens.
Ketika terjebak di kamar ini, playlist Spotify-ku semakin padat. Kemarin aku membuat playlist yang berisi lagu-lagu galau. Hari ini, aku membuat playlist berdasarkan perasaan marah. Maka rock sepertinya genre yang sempurna. Apa ya? Banyak pilihan, dari Black Sabbath hingga Guns n' Roses. Tapi sepertinya aku akan menetap di Led Zeppelin.
Ketika terjebak di kamar ini, video demi video YouTube terlalu banyak aku tonton. Layar smartphone-ku sudah menjadi asrama bagi mata. Dari Hell's Kitchen hingga highlights sepakbola, rasanya otakku sebentar lagi akan meledak.
Ketika terjebak di penjara seperti ini, akan menjadi seperti rumah bila kita didengarkan. Tidak masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Keluar kamar akan disambut dengan hangat, dengan telur mata sapi, dan teh hangat untuk memulai hari. Lalu, berfoto bersama-sama untuk mengenang momen seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
tulisan yang gua tulis jam 3 malam.
Casualefull random. mungkin ini bisa tentang apa yang aku rasain sekarang, atau hal yang aku pengen omongin bersamamu. i'm speaking to you, and you could tell me your stories as well.