letraset, 20:22 WIB

464 35 0
                                    


Siap sedia rencah di pundakmu,
Maka slogannya adalah mati di tanganmu.
Sepertinya aku tidak menguasai takdir di batas kalbu.
Hanya ada Tuhan berbicara tentang tangisku tanpa tabu.

Riwayat kehilangan tidak pernah lebih nyata dari ini.
Sesaat satu kaki keluar dari pintu,
Maka disajikan tawa yang kemudian kita inisiasi.

Kita merintih perih.
Senyumnya meronta-ronta ingin kembali.
Tapi nyatanya semakin menguat ketika tragedi.


Sebongkah asap keluar dari mulutnya.
Aku menunggu kata berikutnya.
Sentakan keras tiba ketika matanya berguling ke atas.
Sebenarnya, kita semua adalah penyintas.

Radler itu kembali diminum ibarat air mineral.
Sepertinya kerongkonganmu begitu banal.
Marlboro Ice Burst kamu sembunyikan.
Tapi ketika sudah di luar, kamu tunjukkan.

Kamu mustahil aku temukan.
Di warung, tidak ada Captain Morgan.
Aku bisa menghirup aromamu di sabuk pengaman.
Jadi biarlah aku semakin dimabukkan.


tulisan yang gua tulis jam 3 malam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang