Berulang kali, beberapa diantara kita semua ada yang masih menangis sebelum terlelap tidur.
Wajah sembab disembunyikan dengan concealer yang berlebih.
Cemberut disembunyikan dengan gigi yang mengkilap sempurna.
Tangan yang gemetar, diganti dengan jokes bapak-bapak yang cringy.
Tiada yang sempurna dari rumah yang terbakar.
Matamu mencoba menipu dengan berkelakar.
Kehadiran api mencoba menyayat yang risau yang berakar.
Mencari-cari air mata untuk masuk ke tembikar.
Kota ini membutuhkanmu.
Kamu yang masih mengutuk kalbu.
Hati masih menuangkan residu.
Matahari sudah tenggelam, saatnya memulai harimu.
Kamu sudah ditunggu.
Aku kira aku bermimpi.
Tidak ada rasa seperti ini.
Pernyataan cinta ibarat loncat bungee.
Itu bukan yang aku ratapi.
Hanya segelas insecurity, dan satu nampan penuh Sal Priadi.
Sarjana tidak penting jika membahas makan malam hari ini.
Hanya Soekarno-Hatta yang bisa membuat perut terisi.
Tapi mungkin semua ini tidak dimengerti.
Yang lebih paham hanya memahami gaji yang pasti.
Sementara kualitas hanya mitos dibanding pegawai negeri.
Mungkin kamu membutuhkan Hindia "Evaluasi"?
Coba saja.
Coba saja.
Coba saja.
Tangisanmu lebih berarti bagi Pilu Membiru.
Tapi tak terdengar hingga ke sepak penjuru.
Dibatasi beberapa kamar, namun berjarak sampai Mogadishu.
Matahari sudah tenggelam, saatnya memulai harimu.
Kalau begitu, maka kaki sudah pecah.
Forrest Gump sudah merencah.
Tumbuh pelan-pelan dari kecambah.
Kemudian berdiri diantara sampah-sampah.
Kamu merekah, kamu merekah.
Coba saja, coba saja, coba saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
tulisan yang gua tulis jam 3 malam.
Rastgelefull random. mungkin ini bisa tentang apa yang aku rasain sekarang, atau hal yang aku pengen omongin bersamamu. i'm speaking to you, and you could tell me your stories as well.