tombol erase, 18:06

304 28 3
                                    

Suatu saat kita menyadari bahwa kita lebih besar dari kemarin. Tidak ada lagi Aurora Borealis yang tersirat di mata. Sementara kamu tidak bisa melihat sesuatu yang khas di mataku. Kita akan terhuyung-huyung mencoba untuk mengais apa yang tersisa dari bara dalam sekam. Kita bepergian ke suatu tempat, mencari apa yang terbaik untuk dirimu dan diriku. Kita meraba hati satu sama lain, berpikir secara tidak logis, mungkin rasa bisa mengalahkan logika. Tapi sekali lagi, rasa tidak pernah bisa diraba dengan panca indera. Hanya dijawab dengan tanda tanya yang memiliki paragraf dengan sendirinya.

Ketika menyatu, rasanya semua itu ada. Kenyataan yang kita kira tragis, dan ungkapan-ungkapan "gue nggak percaya sama cinta", "gue nggak mau nikah dan pacaran", "gue nggak mau suka sama orang", perlahan menguap ketika kita mengenal diri kita sendiri lebih dalam. Hanya saja, kita terlalu takut mengambil resiko menyakiti diri sendiri.

Tapi, ketika kemarin kita bersatu, rasanya dunia berjalan begitu lambat. Tanganmu yang sangat mulus, dan mulutmu yang terkadang mengolok kelakuanku, akhirnya menjadi sebuah bukti bahwa manusia mungil seperti kita, bisa lebih besar dari alam semesta. Kita berkali-kali, meraba hati. Mengambil resiko untuk memiliki satu sama lain, meski kita tahu apa resikonya.

Mungkin apa yang dapat kuambil adalah....

Tidak tahu. Sebenarnya aku masih sulit melupakanmu. Kedewasaan yang aku jadikan topeng hanyalah butir-butir air mata jatuh, dan pelan-pelan membayangkan "bagaimana jika kamu jatuh cinta dengan orang lain?", "bagaimana jika semua yang kita ciptakan kemarin, berakhir begitu saja?" Satu sisi aku ingin kamu terus bahagia, namun satu sisi aku ingin kamu bahagia denganku. Mungkin cinta membuat kita menjadi setengah egois. Kata mereka, "i you love somebody, set them free." Tapi, mana mungkin hati tidak bergetar ketika menyaksikan itu terjadi? Beberapa orang menyebut perasaan tersebut merupakan sebuah kemurnian. Tapi, apakah dirimu tidak cukup murni untuk hal itu?

Beberapa paragraf ini tidak bisa menyimpulkan perasaan manusia yang terlampau luas. Bahkan satu disertasi tidak mungkin disetujui oleh beberapa orang.

Jadi, kamu bisa saja menghapus fotoku di ponselmu, kembali merangkak dan berdiri diatas puing-puing patah hati. Tapi tombol erase tidak akan mewakilkan apa harapanmu mengenai perasaanku kepadamu. Intinya, entah sampai kapan, aku akan selalu mengawasimu. Dengan perasaan tentunya.

tulisan yang gua tulis jam 3 malam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang