candu-candu, 15:51

1K 67 9
                                    

Aku jarang mengatakan ini, tapi rasanya keterkaitan aku dengan alkohol semakin erat. Aku sangat mencintai whisky dan bourbon. Bahkan kalau bisa aku ingin menikahi alkohol seperti yang dilakukan Ardhito di Plaza Avenue.

Apa yang lainnya? Rokok, rokok, dan rokok. Aku sudah merokok semenjak kakiku menyentuh kursi jenjang menengah pertama. Marlboro, yang ada menthol-nya.  Saat itu, Sampoerna Mild harganya tidak jauh dari seribu per batangnya. Satu bungkusnya? 14 ribu. Kalau tidak salah. Waktu itu pernah berhenti, tapi sepertinya bukan hal yang baik ketika aku berhenti rokok demi seseorang.

Apa lagi? Apakah bermimpi merupakan candu? Atau bahkan, musik? Apakah musik adalah candu? Tak tahu. Maksudku ketika aku menulis ini, adalah sepertinya kita semua memiliki candunya masing-masing. Aku suka alkohol dan rokok. Sementara ada beberapa orang lain yang mungkin kecanduan berpose selfie, hingga bermain game.

Maksudku, ketika aku bercermin, yang mungkin buat beberapa orang melihatku rusak, tapi entah mengapa, aku tidak pernah bangga sebelumnya pada diriku sendiri. Aku juga tidak bisa menyuruh untuk berhenti ketika kamu memiliki candu. Kamu lebih mengerti dirimu sendiri. Kamu yang mencintai dirimu sendiri merupakan anugerah paling nyata dari kebanggaan sebuah mimpi.

Sekarang, tarik nafas, rehat sejenak, dan mari saling melepaskan di mimbar perjanjian itu.

tulisan yang gua tulis jam 3 malam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang