1. Hai

2K 68 7
                                    

"Gilaaa! Demi apa lo balik hari ini, Sen?!"

Elin memeluk erat sahabatnya yang satu itu. Sena balas memeluk erat Elin. Ia sungguh rindu sahabat sejak oroknya itu. Walaupun di awal ia sempat malu dengan suara cemprengnya di bandara.

"Dihh, balik-balik makin cakep ae lo kadal."

Sena tertawa renyah, "Gue mah cantik keceh buadai dari orok neng," ucapnya pede.

"Serah lo aje," Elin mengalah kalau harus berdebat dengan sobatnya dari orok ini.

Mereka pulang ke rumah Sena. Sebenernya, Sena sengaja pulang tanpa kabar pada keluarganya. Jadi, yah cuma si Elin ini yang tau.

Jakarta masih sama seperti dua tahun lalu. Macat dan polusi sudah akrab. Perlu lima puluh menit setidaknya mereka sampai dengan taksi.

-----

"Bundaaa yuhuuuu! Anakmu yang ganteng ini baru balik bundaaa!"

Atria keluar dari dapur menenteng soletnya plus muka garang menghadapi anak sulungnya.

"Bang Kai, ini tuh rumah sayang! Mau jadi Tarzan mending ke hutan sonoh!"

"Ihh, bunda serem bawa solet gituh. Terusin sonoh masaknya," balas Kai sedikit was-was dengan Atria. Serem juga sih kalo nenteng solet gitu. Kan berasa mau digoreng.

Ting... Tong...

"Abang yang buka aja." Kai menuju pintu utama dan membukanya.

Belum sempurna pintu terbuka, pelukan hangat menubruknya hingga sedikit terhuyung.

"Hai, kakak ganteng."

Kai tak membalas pelukan gadis itu. Dia malahan dorong bahunya terkejut.

"Lo siapa?" tanya Kai polos.

Sena melepas maskernya, ia tersenyum manis.  "Hai," sapanya lagi.

"Astaga! Kangen buanget asli!" Kai memeluk Sena lebih erat. Melupakan satu nyamuk di sana.

"Abang! Siapa di dep--" Belum genap Atria berteriak, ia dikejutkan dengan kehadiran putrinya.

"Ahh bunda kangen banget!" Atria mendadak memeluk Sena dengan solet di tangannya.

"Eh, maaf ada Elin rupanya. Masuk dulu gih," Atria menggiring tiga orang di pintu ke ruang tamu.

"Kamu pulang kok gak bilang sih. Kan bunda bisa jemput," ucap Atria mengelus rambut Sena yang terkucir rapih.

Sena berdecak kesal, "Ih bunda mah, kan kakak pulang duluan ninggalin Cena. Ya udahlah Cena susul aja."

"Maafin kakak deh. Lagian kan ayah minta proyeknya lanjut di Jakarta. Tapi emang kamu gak bisa jauh dari kakak, yah?" Kai ini! Beneran minta ditabok ternyata. Mana mukanya kagak ada dosa lagi!

"Menurut situ, ngapain aku nyusulin kakak ke Chelmsford dua tahun lalu? Udah tau kagak bisa jauh malah ditinggal. Untung bisa balik," dumal Sena kesal.

Sejak dulu, Sena memang tak bisa jauh dari Kai. Mereka selisih empat tahun. Dua tahun lalu, Sena kabur ke Chelmsford demi menyusul Kai. Dia tak bisa jauh dari Kai, sejak kelas tiga SD. Tepatnya setelah ia sengaja ditinggalkan Kai saat hujan lebat dan hampir tersambar petir.

"Terus kamu naik pesawat sendiri?" tanya Atria penasaran. Padahal, Kai pulangnya saja dijemput Gabriel, sang ayah dengan jet pribadi.

"Iyalah bundaku sayang." Sena memaksakan senyum jengkel ke Atria. Mengesalkan sekali bundanya.

"Dah yaaa, aku mau rebahan. Elin ngikut gue, ayok!" Sena menarik paksa lengan Elin ke kamarnya di lantai dua. Perjalanan berjam-jam dari Inggris tak membuat tenaga Sena berkurang.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang