23. Rumah

277 27 0
                                    

Sore ini, sesuai rencana Sena akan mengunjungi keluarganya di kediaman Gabriel. Dia penasaran bagaimana reaksi mereka.

Turun dari mobil sport hitam dengan pakaian serba hitam pula membuat perempuan tanpa marga itu menarik seluruh perhatian. Beberapa tidak mengenalnya, dan sisanya dibuat merinding dengan aura yang ia keluarkan.

Dress hitam selutut dengan lengan panjang serta ankle boots membuatnya tampak berbeda dengan lainnya. Pangeran dari acara itu, Jesse menyambut dengan senyuman dan wajah binarnya.

"Happy birthday ponakan aunty yang paling ganteng. Hadiah nyusul nanti." Sena mensejajarkan tingginya dengan Jesse.

"Makasih aunty Arta mau datang," senyum antusias tersemat di wajah imut Jesse. Dia mengecup sekilas pipi Sena. Wajahnya memerah malu karena Sena balas mencium pipinya.

Rumah itu, ah rasanya Sena rindu sekali dengan suasana itu. Dia menatap sekilas raut wajah kaget orang tuanya. Gabriel dan Atria sering mendengar kelompok manusia sejenis putrinya itu. Bagaimana bisa ada iblis di pesta ulang tahun cucu kesayangan mereka?

"Hey, lama tak berjumpa ayah, bunda," Sena mengukir senyum manisnya. "Kurasa, putri kalian ini akan memberi konser terbaik sepanjang masa." Derai tawa Sena mengalun mengerikan di telinga sepasang orang tua itu.

"Iblis sepertimu tak pantas menginjakkan kakinya di sini!" desis Gabriel tajam. Hey, lupakah dia dengan siapa ia bicara?

Bukannya tersinggung, Sena malah tertawa nyaring. "Iblis yah? Padahal namaku artinya malaikat, loh. Bukankah ayah menamai aku Angel?" Senyum smirk tercetak jelas di wajah putri bungsu Gabriel.

"Saya tidak pernah punya anak pembunuh!" Gabriel geram setengah mati dengan iblis berwajah malaikat di hadapannya kini.

Sena menggeleng pelan. "Ralat, pembunuh bayaran."

Sepeninggal Sena, Atria berusaha menenangkan suaminya agar tak kelewat batas menggunakan kekuasaan terhadap putrinya.

"Ayah, tenang dulu. Sena gak akan serius." Atria mengelus lengan suaminya itu.

Pesta ulangtahun Jesse berjalan tanpa ada kekacauan. Setidaknya sampai beberapa menit ke depan. Jesse yang tengah memotong kue dengan Iris kemudian menyuapkan potongan kue itu ke wanita yang telah melahirkannya. Suapan kedua, Kai menerimanya dengan perasaan bahagia.

Suapan ketiga? Semua orang dibuat penasaran untuk siapa itu ditujukan. Suapan ketiga adalah untuk orang tersayang setelah orang tua. Sebagian berpendapat suapan ketiga untuk Kafi.

Tapi Jesse melangkah menuju perempuan dengan aura pekat itu. Siapa lagi kalau bukan Sena di sudut ruangan dekat pintu utama.

Setelah menyuapkan ke Sena, Jesse menggandeng jari Sena. "Aunty jangan jauh-jauh. Nanti Jesse kangen." Sena hanya menurut saja pada bocah itu ditarik ke dekat Kai dan Iris. Gabriel dan Kai mati-matian menahan emosi melihat wajah polos Sena.

"Hitungan empat kakak nunduk," bisik Sena sepelan mungkin di kuping kiri Kai.

"Satu." Kai tidak peduli.

"Dua." Kai tetap diam tak peduli.

"Tiga." Tak ada reaksi

"Nunduk bodoh!" Sena mendorong kepala Kai ke bawah sehingga selamat dari peluru.

Orang-orang di sana berteriak histeris terutama Iris dan Atria. Mereka langsung mengerubungi Kai.

"Aaron jaga Kai! Kapten masuk! Setan ambil Jesse!"

Seusai perintah diluncurkan, kepanikan semakin menjadi. Aaron dan Setan bergerak mengamankan keluarga Sena dan mengunci rapat di kamar Sena.

"Lo jaga sini, gue ke halaman." Orang berjulukan Setan itu berlalu ke halaman belakang.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang