25. Misi Terakhir

304 24 0
                                    

"Deva beneran bikin lo repot kayaknya," celetuk Izana tertawa.

Yah memang benar kata Izana. Deva itu merepotkan!

"Sialan si Deva! Sampai gue ketauan Adrian mampus gue! Belom si Kai. Ck ah, emang ceweknya Deva manja banget!" Sumpah serapah terus keluar tanpa ada niat berhenti.

Pokoknya gara-gara si Maura, malam ini Sena harus mengambil double job's. Ceweknya Deva dijadikan bahan taruhan kakaknya sendiri karena masalah kelompok mafia.

Alvin, merupakan mantan anggota Remon yang berhasil kabur di Bali waktu itu. Dan dia adalah kakaknya Maura. Sialnya, dia menjadikan Maura sebagai bahan taruhan jika dia berhasil membawa Sena ke Bogor. Satu lagi, Deva juga harus ke sana.

Menambah kecepatan, Sena tak peduli dengan sumpah serapah pengendara lain. Ini waktu biasa orang kembali ke rumah, jadi jalanan ramai.

Di tengah laju mobil Sena yang gila, panggilan masuk dari Ansell sedikit mengalihkan perhatiannya.

"Apaan?"

"Kumpul rumah Adrian sekarang."

"Ck, gue di jalan!"

Sena memutus sambungan telepon sepihak. Dia harus kilat menyelesaikan misinya. Kalau bukan tadi ibunya Deva menghampiri tiba-tiba, Sena juga ogah menyelamatkan Maura. Ralat, sangat tidak sudi.

Berbelok di tikungan, seratus meter lagi ke lokasi Maura disekap.

Sangat ramai, itu kata yang tepat. Rupanya itu sirkuit. Menyiapkan pedangnya, Sena turun dari mobil sangat mengundang perhatian.

"Wih wih, ada cewek cakep. Mau nyari siapa neng?" Pria bertato mengerling genit.

"Mana cewek sialan itu?!" Sena muak, dia berteriak.

"Oh, lo cari adek gue hm?" Ini Alvin muncul dengan Maura yang sudah acak-acakan. Macem gembel di trotoar penampilannya.

"Lepasin dia," ujar Sena dingin. Rambut cokelatnya berkibar terkena angin malam serta tatapan kelam menghunus tajam.

"Oh, nggak semudah itu cantik. Lo harus jadi pelayan kita kalau mau dia bebas." Si cowok bertindik berujar remeh.

"Ngomong-ngomong, mana pacar kamu, Ra? Kok yang dateng cuma mantannya? Dia cemen ternyata." Alvin menahan lengan Maura dan tertawa sarkas.

"Kak, lepasin aku." Rintihan pilu Maura terdengar indah di kuping Alvin.

"Lepas hm? Kalo gitu lo," Alvin menunjuk Sena remeh, "kalahin gue sama temen-temen gue."

Sena menyeringai. Terlihat buas di mana Maura.

"Gue kasih tour sama Abaddon." Seringaian melebar, Sena mulai berpesta dengan pedangnya.

Dalam sekejap, Sena berubah jadi malaikat maut. Jalanan area kosong itu berubah bersimbah darah dengan organ berceceran. Kepala remuk, perut bolong, kaki patah, usus keluar, tusukan pisau, dan tulang-tulang menjadi pemandangan di sana.

Teriakan pasrah dan suara patahan itu sangat nikmat. Tusuk. Tusuk. Tusuk. Tusuk. Kepala dan perut si cowok bertato bolong besar. Sampai mau putus dengan satu tusukan lagi.

Tersisa si tindik di hidung yang masih berdiri tegak. Sena menyeringai lebar membuatnya bergidik ngeri. Seakan dipaku di tempat, dia tak bergerak saat Sena menebas dadanya.

Satu tendangan memutar membuatnya ambruk. Sena menghunus dua puluh tusukan di dada dan kepala orang itu. Terlihat jantung yang melongok dari sarangnya. Sena menarik paksa jantungnya dan menginjak tengkorak hingga otaknya hancur bercipratan.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang