19. Bocah laki-laki

310 30 0
                                    

David geram, ia menyerang Sena dengan tendangan. Sena berhasil menangkisnya. Tapi David berhasil menyudutkan Sena. Dia bahkan melempar pedang Sena.

"Kau akan mati."

David mengayunkan pisau. Dan Sena menendang tangan David membuat pisaunya terlempar.

Pertarungan tangan kosong terasa lebih seru buat Sena. Dia membabi buta David dengan tendangannya. David terjungkal, tak menangkis tendangan ke ulu hatinya.

David membalas dengan pukulan di rahang dan perut Sena. Darah segar keluar dari mulut perempuan itu. David tambah menendang perut dan wajah musuhnya hingga Sena terlempar beberapa meter.

Mengusap darah di sudut bibirnya, Sena tersenyum miring. Dia meraih pisau dan menyerang David. Tak sigap, goresan kini terukir di pipinya. Bogeman mentah meluncur di rahang David membuatnya terjatuh.

Pertarungan berjalan sengit. Sampai-sampai, tanpa sadar hanya mereka yang belum menyelesaikan duel. Tiba-tiba ada hal yang memecah konsen Sena.

"Aaarghh!!" Suara tangis sesenggukan bocah lima tahun itu membuat Sena tak sigap menerima tendangan David.

David tertawa sarkas. "Bocah itu akan mati kalau kau tak mengaku kalah," ucapnya menyunggingkan raut pongah.

Sialan! Tak boleh ada korban dari acara reuni SMA nya. Selain Remon.

"Bocah ini akan mati kalau kau tak tunduk pada tuanku!" Orang itu menyandera bocah lima tahun dan hampir menyentuh lehernya dengan pisau tajam.

"Cuih, aku tak akan tunduk pada bajingan! Dan kau, terimalah ajal mu." Dengan santai Sena berjalan sambil menenteng pedangnya.

Dia menyunggingkan senyum setan melihat bawahan David sedikit bergetar. Dia bahkan tak sadar, Sena tepat di hadapannya dengan pedang tajam.

Sena berjongkok menyamakan posisi dengan bocah laki-laki itu dan membuka slayer yang menutupi wajahnya. Dia menggenggam mata pisau di dekat lehernya dan tersenyum menenangkan.

"Ta-tangan aunty be-berdarah," ucap bocah itu terbata karena sesenggukan.

Sena tak menjawab, malah tetap mengukir senyumnya. "Tutup mata kamu," ujarnya berbisik. Bocah itu patuh.

Mata Sena kemudian mendongak tajam dan mengibaskan tangan kiri yeng mencekal pisau itu hingga terlempar. Dengan posisi sama, dia menusuk perut orang itu dan menarik serta-merta isinya. Teriakannya benar-benar membuat Sena puas, dan membuat bocah itu memeluk leher Sena erat. Rintihan takut bocah itu bahkan terdengar cukup merdu di telinga Sena.

Berdiri, Sena menebas kepalanya dan menendang hingga hancur terbentur tembok. Bersamaan dengan itu, tubuh Sena limbung menerima tembakan dari David. Tapi ia tak melepaskan dekapan bocah itu.

"Jangan takut, itu suara petasan," ujar Sena berbisik lembut ke bocah itu.

-----

Izana yang mendengar suara tembakan dari dalam, buru-buru menyiapkan senapan dan masuk ke dalam. Betapa terkejutnya melihat Sena yang terduduk sambil mendekap bocah laki-laki dan ditembak David. Tak hanya sekali, David tak tanggung menembak Sena tiga kali.

Dengan murka, Izana membabi buta David dengan tembakannya. Tak sampai itu, Izana menyerang beruntun David. David yang tak sigap pun terkapar tanpa membalas Izana.

Mata Izana menggelap, ia mengacak-acak wajah David dengan pisau David sendiri. Senjata makan tuan!

"MATI LO BAJINGAN!" Izana menusukkan pisau itu ke tengkorak David dan menggeret sampai lehernya. Alhasil, bolongan secara vertikal menghiasi kepala David. Izana bahkan menusuk-nusuk kepala David hingga keluarlah semua isi otaknya dan menancapkan pisau di puncak kepala David.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang