18. Bali

292 22 0
                                    

Sebulan setelahnya,

Rombongan SMA Taruna sampai di bandara Ngurah Rai. Kali ini, yang mengadakan reuni hanya angkatan kelas IPS. Kelasnya para biang onar dahulu. Karena sudah sore dan menjelang gelap, rombongan langsung menuju hotel melepas lelah.

Menunggu matahari terbit di tepi pantai memang hal yang menyenangkan. Terlebih jika dengan orang tersayang, maka akan terasa romantis.

Deva sengaja membangunkan Maura di pagi buta untuk melihat sunrise. Tentu dengan senang hati Maura menerima ajakan kekasihnya.

"Ra," panggil Deva pelan. Maura yang di dekapan Deva mendongak menatap wajah tegas pacarnya.

"Makasih, udah jadi dunia aku. Makasih juga selalu berusaha buat aku jatuh cinta. Kamu jangan jauh-jauh dari aku." Deva mengecup singkat dahi Maura. Ya, dia bahagia dengan Maura.

Maura menggeleng pelan. "Aku yang makasih sama kamu. Kamu sabar sama aku yang banyak celah. Makasih, kamu mau terima segala kekurangan aku." Maura menenggelamkan kepalanya di dada Deva. Deva membalas pelukan erat pinggang Maura.

"Kita balik ke hotel yuk. Kita sarapan dulu terus lanjut main."

Deva membantu Maura berdiri dan berjalan menuju hotel dekat pantai. Sebenarnya Maura dulunya anak IPA, tapi Deva yang memaksanya ikut. Toh dia juga akrab dengan sesama anak paduan suara kelas IPS dulu.

Setelah sarapan, anak Brixton bermain di pantai. Mereka berlarian di pantai bak anak SMA dahulu. Mereka ingin mengulang memori saat SMA waktu itu meski usia mereka mulai menginjak dewasa. Setidaknya mereka ingin bersama sahabat seperjuangannya.

"Woy Alam, sini maen!" teriak Aaron dari pantai. Alam hanya geleng-geleng malas. Dia cuma duduk santai dengan Ben.

"Maen sono, Lam," ujar Ben.

"Ogah, ngotorin baju," tolaknya tak masuk akal.

Ben mendengus "Bilang aja males mandi lo!" cibirnya.

"Itu lo tau," Alam bergumam.

"Gak asik lo." Leon dan Aaron menciprati Alam dengan seember air yang mereka bawa.

"Ayo elah, liburan juga." Bara ikutan menarik kaki Alam. Reflek, Alam menendang muka Bara.

"Hehh! Bangke lo Alam!" Bara mengelus jidatnya. Dan dengan tidak tau dirinya, Ben menambahkan tendangan ke jidat Bara.

"Anjay lo berdua!" Umpatan Bara membuat sobat-sobatnya terkekeh.

"Dah lah, ngambek gue!" Bara merajuk meninggalkan pantai. Paling-paling juga nyari makanan.

"Gila tu anak," ucap Alam tak tau diri. Udah tau, dia yang nendang mukanya.

"Ayok maen!" Aaron dan Leon menyeret paksa Alam ke pinggir pantai. Ben berjalan mengekor santai.

-----

Malam ini, diisi dengan berkumpul sekaligus makan malam di ballroom hotel. Mengusung konsep Europe ballroom ditambah kesan vintage membuat ruangan itu terlihat seperti era 90-an.

Terdapat panggung kecil dengan piano dan biola di sana. Alunan musik mengalun merdu dari dua pemainnya. Saat yang tepat untuk berdansa.

Banyak sejoli yang berdansa ataupun menikmati suasana hangat itu sambil meminum minuman yang disediakan. Ruangan itu sangat luas, hingga bisa menampung seribu orang lebih.

Deva dan Maura lebih memilih melihat teman-teman mereka berdansa.

"Dev, bukannya Sena juga anak IPS ya? Kok aku nggak liat dia sama sekali. Padahal ada kak Kai sama pak Kafi di sini." Maura sempat melihat sekeliling. Rasanya, semua siswa IPS angkatan itu diundang. Walaupun tetap ada yang tidak bisa ikut.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang