20.00
Acara ulang tahun itu terlihat mewah. Kebanyakan yang diundang adalah anak kalangan atas serta most wanted SMA Taruna. Tepat malam ini, ulang tahun Laura Calista Xavier ke tujuh belas.
Gadis yang akrab dikenal Laura itu salah satu anak donatur besar di SMA Taruna. Dan perlu diketahui, dia cukup sombong bisa mengundang teman sekelasnya, seluruh anggota Brixton di Taruna, dan hampir 95 persen seluruh siswa SMA Taruna dengan jajaran orang berkuasa.
Pada awalnya, semua yang diundang memperhatikan kemewahan Laura. Termasuk inti Brixton. Tapi semuanya jadi teralihkan dengan kedatangan tiga orang yang memakai pakaian semi formal full hitam.Dimulai dari Deva dan Ben yang melipat lengan kemeja tiga per empat, lalu Sena dengan dress full hitam. Lebih mengejutkan, semua orang yang hadir menatap jelas tatto yang sama di pergelangan tangan mereka.
"Oke, langsung saja karena kayaknya udah semua nih undangan kakak Laura kita, so ... Dan bla bla bla." MC itu memulai susunan acaranya hingga pukul sepuluh malam.
Aaron terus memaki Elin yang sejak dua jam lamanya menggelayuti manja lengan Aaron. Tak jauh berbeda, Alam juga dirayu manja si tuan rumah, Laura.
"Heh jalang! Ngapain lo ke sini?!" pekik Elin sadis.
"Hati-hati, kak Elin. Mantan sahabat kakak ini mau ngerebut kak Aaron," Laura mengompori Elin dengan tatapan merendahkan dan menekan kata mantan sahabat.
"Santai dong, gue cuma mau kasih ini." Sena meletakkan kertas yang sudah lecek ke meja. Mencurigai satu hal, Alam membaca kilat tulisannya. Dia menyerahkannya ke Aaron.
"Just three minutes. Batik, kemeja hitam."
Hanya itu tulisannya.
"Cabut Lam!" Aaron berdiri menghempaskan tangan Elin. Sementara Alam menginjak kuat kaki Laura dan mengikuti Aaron.
-----
01.32
Lima orang itu mulai mengerjap menyesuaikan cahaya. Mereka masih asing dengan tempat itu. Ruangan yang dibatasi kaca anti peluru.
"Dit, kita di mana si? Bukannya tadi di rumah Laura?" Aden memindai ruangan itu, sesekali dia melirik ke Adit. Dua orang itu anggota Brixton yang diringkus Aaron dan Alam.
Salah satu dari mereka, Dika namanya. Dia tau siapa yang membawa mereka ke sana. Tiga sayap The Angel.
"Angel! Keluar lo semua!" Dika memukul pembatas kaca itu membuat kegaduhan. Empat orang di sana saling menatap bingung. Siapa Angel?
.
Suara derap langkah menggemakan rumah itu. Dia Ange, sang mata The Angel. Ange berjalan dengan ankle boots hitam bertali sambil memainkan pisau perak berukir crown A.
Masuk ke ruangan, menyaksikan Dika menggedor kaca itu. Ange hanya menatap malas.
Suara goresan pisau di kaca membuat telinga yang mendengarnya berdenging. Kelima orang di dalam sana menutup rapat telinga dan berteriak risih.
"Stop! Stop bikin telinga gue sakit, sialan!" Alina memekik sambil menutup telinga.
Seakan tak mendengar, Ange tambah menggesekkan pisau di kaca. Kali ini, Riko teman Dika bereaksi memukul kaca tepat di depan Ange. Ange hanya tersenyum kosong.
Ange membuka pintu pembatas. "Dika, gue mau ngomong sama lo," ujarnya mendekati Dika yang menyorotnya bengis.
"Apa mau lo?" tanya Dika dingin.
Ange memiringkan kepalanya. "Cuma mau ngobrol," Ange melebarkan senyumnya.
"Dika nggak keluar, mereka semua mati, loh." Ange menunjuk satu persatu empat orang lainnya dengan pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
Teen FictionBerbagai julukan setan dan iblis melekat di namanya. Sangat tak cocok disandingkan dengan paras cantiknya. Semua yang Sena lakukan seakan tak berarti. Sampai dia bertemu kapten bertopeng elang, ada tempat untuknya dihargai. Kalau bersama keluarga d...