14. Terbongkar

345 31 3
                                    

"Jangan kasih tahu ayah. Mereka bakal tumbang di tangan Sena." Tatapan Sena menusuk. Dia memakai slayer kebanggan The Angel. Lambangnya pedang yang dikelilingi sayap.

"Bunda tunggu sini."

Atria mencekal tangan putrinya. Dia takut Sena terluka.

Tatapan Sena menghangat. Dia berujar, "Mereka bukan apa-apa. Bunda santai aja."

Salah satu dari mereka menggedor jendela mobil Sena. Sena hanya mengukir smirk nya. Mangsanya siap cari mati.

Sena keluar dengan gaya pongahnya. Ada sekitar lima orang yang menghadang mereka. Ah iya, Sena tau. Mereka itu orang bawahannya si Alina. Inget kan? Pembunuhan di rumah di hari ultahnya Laura. Yang korbannya empat cowok satu cewek.

"Mau cari mati, huh?" Sena bersandar di samping mobilnya. Santai.

"Banyak bacot lo bocah!" Salah satunya bergerak menendang pipi Sena. Dengan santai, Sena cuma nunduk. Tendangannya meleset.

"Lo kan, yang bunuh Alina?!" tanyanya tajam. Sena mengiyakan santai. Toh, memang iya kan, dia yang membunuh Alina?

Pria itu tersenyum miring, "Lo yang akan mati! Lo udah bunuh pacar gue."

Sena mendekati orang itu dan berbisik, "Salah cewek lo dong. Suruh siapa lo jadiin dia mata-mata gue." Sena menyunggingkan senyum remeh di balik slayer nya.

Terbakar emosi, si pacar Alina itu mengeluarkan pisau lipat. Ia mengarahkan ke leher Sena dan mengunci pergerakannya. Atria gemetar melihat putrinya disandera.

Atria keluar mobil dan mendekati pria yang menyandera putrinya. "Lepaskan putri saya!" Dia berusaha tak takut di depan putrinya.

Pria itu berdecih, "Putri Anda seorang pembunuh! Dia membunuh pacar saya!"

"Dan malam ini, putri Anda berakhir di tangan kami!" Pria itu menggoreskan pisaunya ke leher Sena.

"Mimpi lo bajingan!" Tangan Sena menarik mata pisaunya paksa dan membuangnya. Jiwanya berulah lagi.

Si pria terkekeh sinis.

Teriakan Atria membuat Sena berbalik terkejut. Ibunya dicekal dua orang dengan pistol di kepalanya.

"Kalo lo gak nyerahin diri, nyokap lo yang mati," ucap si pria pongah.

"Jangan pedulikan bunda! Kamu harus pergi." Atria mati-matian menahan rasa takutnya.

Si pria menodongkan pistol ke kepala belakang Sena. Tiga orang mengarahkan pistol ke Sena, satu orang menodongkan ke Atria dan satu lagi menyandera Atria.

"Cih, cemen lo semua! Gue gak peduli kalo kalian habisin nyokap gue di sini." Sena berjalan santai mendekati ibunya. Perlahan, dia menurunkan slayer yang menutupi setengah wajahnya.

Tiga orang di depannya melihat jelas tatapan dingin Sena.

"Mau bunuh nyokap? Silakan kalo berani." Tatapan tajam Sena makin menghunus ke si penodong. Perlahan tapi pasti, wajah Sena semakin mendekat ke orang itu. Dia tremor.

Semakin dekat, sampai dahi mereka bersentuhan. Sena mengulas senyumnya. Dia membentuk jidatnya ke orang itu. Reflek, dia mundur. Sena menendang tangannya yang mencekal pistol.

Sena menusukkan pisau yang ia selipkan di lengan hoodie ke mulut orang itu. Sadis, Sena turut membelah kerongkongannya.

Atria tambah tremor melihat putrinya demikian. Kilat, Atria tambah kaget saat badannya terdorong ke depan. Satu nyawa hilang.

Sena melempar pisaunya santai sambil berjalan mendekati Atria. Kedua tangannya berdarah. Pisaunya juga berlumuran darah. Atria ngeri sendiri melihatnya sampai bibirnya kelu untuk memanggil Sena.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang