13. Rooftop

314 27 0
                                    

"Akhirnya, besok tanding. Sayang banget si Sena gak nonton." Bara meneguk habis air mineralnya. Saat ini di lapangan setelah gladi resik, team basket jamkos sampai pulang sekolah. Enak kali kan?

"Ho oh. Pak kapten gak cemungud tuh, hahaha," timpal Leon tertawa.

"Bacot lo berdua!" Deva menatap datar dua orang itu.

-----

Tujuan Sena kali ini masih ngalor ngidul, cuma nyetir di jalanan tanpa tujuan. Ke sekolah, males amat. Mending sekalian besok ke SMA Garuda liat basket. Balik ke rumah, hufft tambah males. Sena lagi galau sodara-sodara.

Akhirnya ia main ke kafe.

"Mau pesan apa, kak?" tanya pelayan.

"Black coffee."

"Ditunggu sebentar, ya kak." Pelayan itu pergi. Entah ke mana. Sena gak peduli.

Gabut. Gabut. Gabut.

Terlihat jelas ekspresi itu. Akhirnya, ponsel menjadi pelampiasan Sena. Hufft. The real of bored.

Lalu panggilan masuk ke ponselnya bersamaan datangnya pesanan.

"Apaan, Dev? Main ke kafe gue sini, gabut asli."

"Lah, udah balik lo? Enak banget gak sekolah lo. Gue abis gladi bersih."

"Hmm, gercep sini ngedate sama gue."

Si Deva malah ngakak. "Sableng lo. Gue otw."

"Hm." Dan Deva matiin tuh telpon sepihak. Sambil nunggu tuh curut dateng, Sena juga cuma main ponselnya sama minum kopi. Gabut? Emang.

"Udah lama lo?"

"Ho oh. Sampe lumutan gue nungguin lo." Sena lebih asik dengan si ponsel.

Deva malas menanggapi Sena. "Mbak, lemon tea satu bawa ke rooftop!"

Tanpa malu, Deva menarik lengan Sena ke rooftop.

"Gilak lo! Kafe gue sat!"

"Santuy dong." Deva meminum lemon nya hingga sisa seperempat.

"Doyan apa kerasukan lo?" celetuk Sena ngasal.

Deva kesal menjitak Sena. "Sembarangan. Haus njir, abis latian lo suruh ke sini."

"Eh, lo bisa liat ke Garuda ya besok?"

Sena mengangguk mantap, "Bangkai udah sehat, ya gue balik lah. Tapi sayang banget, tadi pagi si Nouva malah ke rumah. Pake nginep lagi. Males gue, asli!"

"Sampe kapan?"

"Sampe bonyoknya balik dari Kalimantan. Males kan? Pengen minggat gue ada si cunguk." Ekspresi Sena berubah masam. "Berasa di anak tirikan gue."

Si Deva malah ngakak. "Minggat ya tinggal minggat lah, susah amat. Lagian bonyok lo gak bakal nyariin lo juga, hahaha," ucapnya enteng.

"Lo siapa gue sih sebenernya?! Ngeselin lo njir!" kesal Sena setengah mati. Temen jahanam ini.

Ekspresi Deva berubah serius, "Emang lo mau gue jadi siapanya lo?" Dia mendekatkan wajahnya ke muka Sena.

"Gue mau lo jadi bangsur gue, mau?" tanya Sena lempeng. Datar lagi.

Deva menyentil Sena. "Jayus lo." Si Sena malah ngakak gak tau diri. Dasar!

"Ck, gue serius. Gue jadi pacar lo mau?" tanya Deva santai.

"Uhuk..." Sena kesedak air liurnya ceritanya, "gak lucu lo, Saodah."

"Serius anjir! Mau gak? Cuma sekali loh," ujarnya.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang