Beberapa bulan sejak Sena pindah sekolah. Suasana masih sama. Hanya dua orang itu yang agak berbeda. Ben dan Deva tak seperti biasanya. Padahal ini hari kelulusan dan harusnya mereka bahagia lulus dengan jajaran peringkat lima terbaik di kelas IPS seluruh mapel.
"Yang masih galau ditinggal cemewew, nih gue bawain cewek cakep. Lumayan lo gandeng prom ntar malem." Bara menyeret gadis ke depan Deva. Mereka sedang nyantai di taman belakang sambil rebahan di rumput.
"Anak sape lo seret ke sini?" tanya Aaron bangkit dari rebahan nya.
Bara mengedik tak tau. "Asal comot aja lah gue," ujarnya santai. Sontak, Aaron menoyor jidat si wakilnya.
"Selaw dong. Kenalan gih, si Deva depan lo juga. Katanya suka?"
Si cewek jadi malu sendiri karena perkataan Bara yang tak difilter.
"Idih, malu-malu kocheng dianya. Kenalan sono," Ben ikut menggoda cewek itu. Deva cuma natap dia gak peduli.
"Gue Maura. Gue udah lama suka sama lo, Dev."
Ciieee cieeeee
"Move on Dev!" celetuk Leon ngasal.
Empat cowok itu masih menyoraki Deva. Alam? Hanya tersenyum tipis melihat tingkah ketua dan lainnya. Si gadis wajahnya sudah semerah cabai. Malu woy!
-----
Shibuya, Jepang.
Di sisi lain, seorang gadis tengah memandang ke bawah. Dia mencekal kuat tralis pembatas rooftop. Banyak yang berlalu lalang di bawah setelah pengumuman kelulusan. Dan dia berbalik ketika ada yang berbicara di belakangnya.
"Ternyata kau di sini. Nii-san mencarimu di bawah," ujarnya.
Mengangguk, gadis itu mengikuti langkah si cowok. Di koridor hanya beberapa siswa yang tengah sibuk di depan loker. Sisanya sudah berhamburan keluar sekolah.
"Malam nanti kau mau lihat Rock Horizon denganku?" Si cowok bertanya ragu. Si gadis hanya mengangguk.
"Kalian pulang sendiri, ya? Aku masih ada urusan. Nanti sore aku akan pulang, aku janji."
Kedua laki-laki itu mengernyit heran. Tapi tak urung mereka juga mengizinkan.
"Pulang sebelum pukul lima, oke? Nanti kutunggu," ujar si kakak lembut. Si gadis balas mengangguk dan tersenyum lalu ia berjalan.
"Dia ada masalah ya?" Si teman bertanya.
Sang kakak mengedik tak tau. "Mungkin mau menenangkan diri," jawabnya simpel. "Kita tunggu saja di rumah." Mereka masuk ke mobil dan melaju di jalanan kota.
Semilir angin laut membuat rambut gadis itu beterbangan. Cukup sejuk di kulitnya. Dia hanya memandang lautan kosong.
"Hai." Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.
Berbalik, si gadis menatap tanya. "Kenapa kau di sini?" tanyanya.
"Ehm, aku ada beberapa tugas di sini. Hei Sena, kapan kau ke Los Angeles?"
Ya, gadis itu Sena. Dia pindah ke Shibuya dengan Haruki dan Izana. Ansell kembali menoleh ke Sena yang sedari tadi mengabaikannya.
"Entah, akan kupikirkan lagi." Sena duduk di pasir, menghela napas berat.
"Aku tak berniat memaksamu. Lagipula, di sini ada Haruki dan ngomong-ngomong Izana, dia akan jadi partner mu. Bagaimana?"
Sena menoleh tertarik ke Ansell dan berdiri. "Kupikir, kalau ada dia kalian bisa trio lagi dengan Tristan. Dua sobatmu itu memutuskan keluar sebelum ujian kemarin. Padahal, Deva dan Ben cocok denganmu," lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
Teen FictionBerbagai julukan setan dan iblis melekat di namanya. Sangat tak cocok disandingkan dengan paras cantiknya. Semua yang Sena lakukan seakan tak berarti. Sampai dia bertemu kapten bertopeng elang, ada tempat untuknya dihargai. Kalau bersama keluarga d...