11. Hati

341 33 0
                                    

Mata itu mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya. Tak perlu bertanya, ia tau ia di rumah sakit. Yah, Kai sadar.

Hanya ada sosok adiknya di samping ranjang yang masih terlelap. Wajah sayu nya menghadap ke Kai. Kai sadar betul, adiknya itu pasti jarang tidur. Terlihat dari kulitnya yang pucat, bisa ditebak kurang terkena cahaya.

Kai mengusap pelan kepala Sena dengan tangannya yang bebas. Bukannya terusik, Sena malah menggenggam erat tangan Kai. Kai sedikit terkekeh. Tangannya beralih mencubit pipi Sena pelan. Tenaganya belum pulih total.

Perlahan mata hitam itu terbuka. Menyadari ada tangan yang mencubit pipinya membuat Sena terusik. Eh, tunggu-

"Happy Birthday."

Suara itu, Kai sadar. Sena mengerjap beberapa kali. Nyawanya belum terkumpul.

Sena sedikit mengulas senyumnya. "Makasih." Hanya itu yang bisa dia ucapkan dari sekian banyak kata-kata. Kai mengangguk singkat, menepuk pundaknya isyarat.

"Makasih, kak." Sena meletakkan kepalanya di pundak Kai. Dia tak tau harus berekspresi apa?

Sena bangkit, dan menekan tombol dekat ranjang Kai.

Kurang dari tiga menit, dokter muda bernama Jery itu datang beserta asistennya.

"Dia sudah membaik. Mungkin tiga hari lagi bisa kembali. Oh ya, kamu bisa bawa jalan-jalan sehabis makan dan minum obat." Jery mengukir senyum ramahnya. Dia kenal Sena, saat pertama kali perjalanan ke Chelmsford.

Sena mengangguk mengerti. "Thanks, kak."

"Oke, saya tinggal dulu. Makanannya habis ini datang." Jery keluar dengan asistennya. Tinggal dua nyawa di kamar Kai.

"Ini di RS mana, sih? Kenapa ada si cunguk?" Mulai deh, sifat asli Kai keluar. Ngeselin!

"Hm?" Sena menoleh, "Nevada."

"Oh."

"Hah?! Kok bisa?" Ini dia Kai, cengo dulu baru ngeh. Aneh emang.

"Daripada ayah sama bunda tau, mending gue bawa kabur lah," jawab Sena santai.

"Kurang ajar juga kamu, ngibulin ayah. Eh, tapi kok bisa?" Kai cukup penasaran, padahal saja pergi ke luar negeri dua tahun lalu saja harus kena ceramah duluan. Tapi kalo Sena yah mending kabur kali, ya?

"Ya-"

"Excuse me, Sir." Perawat entah siapa itu namanya meletakkan makanan Kai dan keluar. Tak lupa senyum manisnya.

"Lanjutin, kok bisa?" Kai kembali penasaran setelah iklan lewat.

"Tinggal izin ada masalah di Nevada, and clear."

Kai menatap Sena cengo. "Gitu doang?" Kai sedikit tak mengerti jalan pikir Sena. Gampang banget ayah kasih izin.

"Iya. Ayah udah tau ada masalah kantor di sini tapi ayah ada peresmian di Bandung kan? Ya, jadi gampang lah kaburnya."

Ckck, Kai sedikit kagum dengan adiknya itu.

"Ya kalo bukan kakak atau aku yang beresin, terus siapa lagi? Ya kali sekretaris ayah."

"Dah lah, nih makan." Sena menyodorkan suapan bubur beserta sayur jamur itu ke mulut Kai. Karena bukan tangan orang Indonesia yang buat, jadinya dia makan seperti biasa.

Dan hingga suapan terakhir, sama sekali tak ada penolakan dari Kai.

"Udah minum obat kita keluar." Sena ngacir keluar begitu saja. Entah lah dia mau apa.

Black Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang