"Ck gak guna!" Sena meninju tembok samping lift.
Dia berlarian menyusuri koridor yang cukup ramai hingga ia menabrak orang yang menghalanginya. Sampai dia berlari menaiki tangga, Sena terjungkal dan jatuh terguling.
-----
Di depan ruang operasi, Ansell mondar-mandir tak jelas. Tiba-tiba tangan menepuk pundaknya sedikit keras membuatnya reflek berbalik kaget.
"Adrian." Sena menunduk bertumpu pada lutut sambil memegangi perutnya yang nyeri. Napasnya juga terengah-engah.
"Adrian mana?" Sena mencengkeram erat pundak Ansell. Wajahnya sedikit pucat. Ansell jadi gelagapan sendiri.
"Gue di sini." Adrian keluar dari ruangan dengan santai sambil menggulung lengan kemeja birunya.
Sena reflek berbalik dan melayangkan bogeman di rahang Adrian. Napasnya memburu tak karuan.
"Lo bikin gue panik, sialan!"
"Bukan gue yang koma, tapi orang yang gue tolong tadi." Seakan mengerti, Adrian menjelaskan tanpa di tanya. Dia mengusap kepala Sena dan tersenyum manis.
Sena mendongak menatap Adrian. Adrian malah meringis sendiri, melihat darah mengering di jidat perempuan itu. Ah tidak sebenarnya bukan itu yang membuatnya meringis. Cairan merah pekat menetes dari kausnya. Wajahnya juga pucat.
Bukannya merasa kesakitan, Sena malah tersenyum manis dan memeluk pria di depannya.
"Kepala gue pusing. Badan gue nyeri semua. Lo bikin gue kesetanan tadi. Gara-gara lo, gue jadi balik ke sini," ucapnya lirih. Semakin lama, pelukannya semakin merenggang. Dan saat itu juga, Adrian dibuat panik setengah mati. Sena tak sadarkan diri.
"Sen, lo jangan bikin gue panik! Iya, maaf gue bikin lo panik tadi. Sena!" Adrian mengguncangkan badan Sena. Tapi yang ada malah darah semakin banyak menetes.
"Ke ruang Abimanyu kamar 17!" titah Ansell berlari kilat menuju lift. Ruangan itu adalah kamar Sena waktu koma kemarin.
-----
Dua jam lebih Adrian dan Ansell menunggu. Sena sudah kembali ke kamar setelah mendapat penanganan. Kata dokter Eva, jahitan dan lukanya terbuka lagi. Akibat benturan, luka di punggung dan perutnya juga terbuka. Ditambah, Sena juga kabur pasca koma.
Adrian yang tahu Sena kabur membuat Ansell jadi gelagapan sendiri. Pasalnya, ia yang meninggalkan kunci mobil di laci. Ditambah Adrian yang melihat sticky note di nakas berbunyi,
"Mau kabur? Kunci mobil di laci."
- Ansell ganteng -"Jadi?" tanya Adrian datar.
Sialan! Ansell kira Adrian tak akan ke rumah sakit karena kata Izana, sean tak mengizinkan. Jadi ia menaruh kunci mobil di laci supaya Sena bisa kabur.
"Ya gue mana tau lo bakal ke sini. Kata si Izana, Sean gak kasih izin makanya gue kasih kunci mobil biar dia nyamperin lo. Eh taunya gue malah ketemu lo di jalan lagi nolong orang kecelakaan terus dibawa ke sini. Gue juga gak tau kalo Sena bakal jatoh di tangga gara-gara panik denger lo."
Adrian menghela napas mendengar penjelasan mantan kapten Black Angel itu.
"Jadi nyesel gue suruh lo jagain Sena. Ajaran lo sesat semua." Ansell hanya cengengesan dengan muka tanpa dosanya. Dasar!
"Eh tapi kalo nggak gini, lo gak bakal ketemu Sena kali. Harusnya lo terimakasih sama gue, Dri," celetuk Ansell bersedekap di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
Teen FictionBerbagai julukan setan dan iblis melekat di namanya. Sangat tak cocok disandingkan dengan paras cantiknya. Semua yang Sena lakukan seakan tak berarti. Sampai dia bertemu kapten bertopeng elang, ada tempat untuknya dihargai. Kalau bersama keluarga d...