Adrian mengirimkan pesan beruntun ke Sena. Sejak semalam, perasaannya ada yang tak beres. Tapi saat Sena membalas cepat, semuanya sedikit terasa ringan.
Di perjalanan ke kantor, Adrian sadar akan satu hal. Mobilnya disabotase dan sekarang rem nya blong. Mungkin itu satu alasan kenapa perasaannya tidak beres sejak semalam.
Di tikungan, Adrian sengaja menabrakkan mobilnya ke pohon dan pagar pembatas secara beruntun. Berujung ada truk besar menabrak dari depan dan mobil Adrian terguling beberapa kali.
Dari belakang, Sean melihat semua secara langsung.
Panik luar biasa, dia berusaha mengeluarkan Adrian dari mobilnya. Darah terus mengucur dari dada dan kepala Adrian.
-----
Sean hanya mondar-mandir di depan ruang operasi sejak sejam lalu. Dia sudah menghubungi Ansell dan Sena.
Derap kaki terburu-buru membuat Sean berbalik. Terlihat Jefry dan Ansell dengan wajah panik mereka.
"Gimana kapten?" Raut panik Jefry sama sekali tak tertutupi.
Tatapan Sean seolah meredup. "Kata dokter, sedikit harapan dia hidup. Kecelakaannya bener-bener parah."
"Bilang semua itu bercanda Sean!" Suara bernada rendah itu membuat Jefry dan Ansell berbalik kaget.
Sena dengan aura gelap dan sorot mata dinginnya menatap Sean nyalang.
"Gue serius." Sean tak kalah tajam menatap perempuan itu.
Sena menghela napasnya. Dia tak boleh kalap. "Jef, lo gantiin posisi kapten sementara dan balik ke markas sekarang. Sekalian bilang Haruki ke kantor sama Izana. Ansell, lo anterin Sean ke kantor sekalian tetep di sana. Satu pesen gue, jangan timbulkan kecurigaan apapun terkait kapten. Dan gue urus sisanya sama Tristan."
Sean menggeleng tak setuju. "Adrian sepupu gue, dan apa pantes gue tinggalin dia?!"
"Bukan masalah keluarga lo Sean! Tapi pikirin apa yang terjadi, seandainya publik tau kapten The Angel sekarat. Makanya gue bilang, jangan timbulkan kecurigaan," jelas Sena menekankan setiap katanya.
-----
Tiga hari berikutnya, Adrian tak menunjukkan tanda-tanda terbangun dari sang pemimpi. Dan tiga hari itu pula, Sena sama sekali tak pernah absen mengunjungi Adrian. Sepulangnya dari kantor, sampai pagi menjemput selalu dia datang. Harap harap ada keajaiban.
Seperti malam sebelumnya, malam ini Sena memandang kosong wajah luka Adrian. Sebenarnya, kecelakaan itu mencurigakan. Merasa aneh saja kalau mobil Adrian mendadak blong, dan ketika di jalanan malah ditabrak truk yang jelas-jelas harusnya berlawanan jalur. Atau memang disengaja?
Sena mengecek kolom pesannya dengan Adrian tadi pagi. Matanya terfokus pada pesan kedua, siap nnti hukuman.
Sena tersenyum miring, "Kalau ini hukuman yang lo maksud, lo beneran buat gue gila Adrian!"
Kembali ke jalanan, ada yang aneh sebenarnya. Tidak mungkin ada yang macam-macam di rumah Adrian. Eh tunggu,
"Mobilnya-" Baru hendak Sena membuka kenop pintu, Sean sudah membukanya duluan. Ada Tristan juga di belakangnya.
"Lo mau ke mana?" tanya Sean memicing.
"Keluar, ada yang mau gue pikirin," sahut Sena menyingkir.
Tristan mencekal pundak Sena. Dia menyodorkan secarik kertas yang sedikit lecek. "Gue sama Sean nemuin di meja kamar Adrian. Buat lo kayaknya," ujarnya menunjukkan bagian kertas dengan nama "Arta".
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
Teen FictionBerbagai julukan setan dan iblis melekat di namanya. Sangat tak cocok disandingkan dengan paras cantiknya. Semua yang Sena lakukan seakan tak berarti. Sampai dia bertemu kapten bertopeng elang, ada tempat untuknya dihargai. Kalau bersama keluarga d...