Pagi nya...
Keseharian seperti biasa dengan keonaran saudara itu. Kai menjahili Sena dengan memberikan susu asin. Berakhir dengan Sena menyemburnya ke muka Kai.
"Senaaaa! Kamu menodai muka badai kakakmu ini!"
"Dih, lebay. Makanya gak usah kasih susu asin. The power of karma!" Sena menyembur sekali lagi muka Kai. The real of adek sialan.
"Astaga kalian, itu kenapa basah gitu lantainya. Mukanya abang kenapa coba?" Atria berkacak pinggang dari arah tangga.
"Idih, masak kakak ngasih susu asin coba Bun!"
"Kamu nyemprot muka kakak!"
Atria memutar mata malas. "Yaudah, Abang cuci muka. Terus Sena siap-siap, kita sarapan tunggu ayah. Oke?"
"Assiaaapp." Sena dan Kai ngacir balapan sampai ke kamar masing-masing.
"Pagi, bunda. Itu kenapa mereka?" Gabriel menatap cengo kedua anaknya.
"Biasalah, Kai usil lagi," jawab Atria. Gabriel mengangguk saja, dan memposisikan di kursi meja makan.
Tak lama, biang onar rumah tuan Gabriel turun. Sena dengan seragam sekolah plus jaket kulit hitamnya. Dan Kai dengan stelan setengah formalnya.
"Yosha, Kai yang kece badai turun dari kamarnya berniat sarapan dengan tuan besar Gabriel yang ganteng tapi gantengan Kai lah yaaa! Pagi ayah."
"Pagi, bang. Ayah saranin, hari ini abang ke kantor jangan gila oke? Nanti sekretaris ayah risih liat kamu, bang," sahut Gabriel jenaka. Kai langsung bermuka datar seketika. Ayah apaan macam gini?!
"Ciah, kak Laura mah gak ada cocoknya sama bangkai!" Sena sengaja menekan kata BANGKAI.
"Nistakan terus aku ini."
"Alayers!" semprot Sena dan Atria bersamaan.
Keluarga itu makan dengan tenang. Menghentikan sejenak perang makan si sulung dan adiknya.
"Cepetan elah makannya. Kakak anterin nih."
"Sabar lah!"
Ting tong
"Abang tolong bukain ya," ucap Atria mengibaskan tangannya.
Kai bergerak membuka pintu. Pelukan hangat menyambutnya.
"Hayy! Kok gak bilang mau ke sini? Kan bisa kakak jemput." Kai membalas tak kalah erat pelukan gadis itu.
"Bun, coba liat ada siapa?" Dengan sumringah, Kai membawa gadis itu ke orang tuanya.
"Eh, anak manis. Sini sayang, makan dulu. Sena tolong ambilin piring buat Nouva."
Sena bergerak menuruti sang bunda. Dan Sena meletakkan piringnya di depan Nouva.
"Thanks, Sena!"
"Sini, bunda ambilin nasinya."
Sejenak, Nouva itu langsung menjadi putri di rumah itu.
"Kak, ayo woy anterin!" Sena berusaha mengalihkan perhatian Kai dari Nouva.
"Kamu berangkat ndiri lah. Pake Erios sana," ucap Kai tak menggubris Sena. Dia terus menjawili pipi Nouva.
Nouva, Sena benci Nouva. Perhatian orang tua dan Kai langsung teralih seketika.
Sena naik ke kamarnya berganti celana jeans dan mengambil kunci motornya. Dia hendak berpamitan pada Gabriel dan Atria.
"Oh, ya. Nouva tinggal sama kita sampe om tante pulang dari Kalimantan. Gak masalah kan?" tanya Gabriel enteng. Sena hanya mengangguk dan berangkat sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Angel
Teen FictionBerbagai julukan setan dan iblis melekat di namanya. Sangat tak cocok disandingkan dengan paras cantiknya. Semua yang Sena lakukan seakan tak berarti. Sampai dia bertemu kapten bertopeng elang, ada tempat untuknya dihargai. Kalau bersama keluarga d...