22. TWEEËNTWINTIG

740 110 4
                                    

"Ko Evan, nitip ini dong buat Ko Brian."

"Apa nih?"

"Kado. Kemaren aku udah dianter jadi gak enak kalo gak ngasih kado."

"Kasih sendiri lah."

"Ih kan dia di Seattle."

"Habis dari Seattle nanti dia di Jakarta selama dua minggu kok."

"Hm oke deh."

"Dah ayo berangkat."

Malam ini kami berangkat ke Jogja. Kami menggunakan dua mobil milik Ko Evan karena mobil kakakku hanya memuat dua orang dan dia tidak mau membawa mobil keluarga, katanya terlalu besar. Mobil satu diisi olehku, Zea, Jeno dan Haechan. Zea dan Jeno gantian menyetir. Sebenarnya Haechan menawarkan diri jadi supir tapi ditolak Zea karena gadis itu hobi menyetir sama seperti Jeno, maka dari itu meskipun mereka terlalu kaya, mereka tidak pernah menggunakan supir. Mobil kedua diisi oleh kakak-kakak, mereka semua gantian menyetir.

"Javier, ada yang pengen kenal deket sama lo." Zea menoleh ke arahku sekilas lalu kembali fokus ke jalanan. "Sampe dia minta nomer lo."

"Sapa?"

"Mas Devan."

"Lah dia kan udah punya pacar?"

"Dia jomblo dari lahir." Zea terkekeh. "Kemaren tuh sahabat dia dari dalem perut."

"Terus lo kasih nomer gue?"

"Iya. Gue udah bilang kalo lo udah ada yang punya tapi kata dia mau jadi temen deket aja."

"Gue kasian deh sama Bang Doyoung. Saingannya satu kecamatan." sahut Haechan.

"Eh tapi kalo Javier gak jadi sama Bang Doyoung gak perlu khawatir. Cadangannya banyak." timpal Jeno.

Aku menggeleng. "Bener-bener ya lo. Tapi gak papa sih kalo jadi temen doang. Lagian Mas Devan keliatannya asik."

"Gila ya yang deketin Javier banyak banget. Gue kadang iri soalnya gue gak ada yang deketin. Orang yang gue suka aja gak suka gue."

"Eh jangan salah, Ze. Gue juga pernah kok suka sama orang tapi orang itu malah jodoh-jodohin gue ke orang lain." ujarku menggebu-gebu.

Haechan berdeham. "Bu Javier, santuy santuy. Tahan ya, Bu. Tahan."

"Sapa tuh?" tanya Zea dengan nada meledek.

"Udah gak usah dibahas." Kulirik Jeno dari spion tengah, dia hanya tersenyum tipis. Apa dia sadar?

Memasuki jam lapar, kami melipir ke rest area. Hanya Kak Jaehyun yang membawa bekal. Aku tidak terlalu lapar jadi aku cukup makan roti dan minum susu.

"Wajahmu pucet, Chan. Masih sakit?"

"Hm. Udah mendingan."

Dari rumah, Haechan memang kelihatan kurang sehat. Katanya masuk angin.

"Yaudah nanti kamu tidur aja ya? Di belakang sama Zea."

"Aku mau nemenin Jeno nyetir."

"Kamu istirahat aja. Biar aku yang nemenin dia."

"Iya, Chan. Istirahat aja daripada lo tepar malah gak bisa liburan."

"Heem ok deh."

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami semua ke toilet. Kali ini giliran Jeno yang menyetir. Zea dan Haechan istirahat di belakang. Aku membuka salah satu cemilan agar tidak mengantuk.

"Mau, Jen?"

Jeno menggeleng. "Gue masih kenyang. Makasih."

"Kalo lo butuh apa, bilang ke gue ya."

✔Broers | Johnny Jaehyun (Not bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang