12. TWAALF

1.3K 213 29
                                    

Mendengar kabar itu, aku langsung berangkat ditemani Haechan. Kak Jaehyun yang baru saja merebahkan badannya juga langsung ke Madiun. Kak Johnny masih di pesawat, dia akan landing di Surabaya karena pesawat yang ke Solo harus transit dulu di Jakarta dan itu memakan banyak waktu. Sedangkan orang tuaku, entahlah mereka akan ke Madiun kapan. Mereka masih berada di Manchester. Aku sendiri masih dalam perjalanan ke Madiun diantar anak buahnya Kak Johnny.

Ya Allah tolong jangan ambil mbahkung dulu. Itu lah doa yang aku panjatkan dari tadi.

"Pusing?" tanya Haechan.

Aku yang berada di pelukannya hanya mengangguk. Terlalu banyak nangis membuatku pusing. Aku benar-benar kaget dapat berita ini pasalnya mbahkung sehat-sehat saja. Terakhir aku mengobrol dengan beliau itu seminggu yang lalu saat beliau menelponku tanya apakah aku baik-baik saja. Mbahkung bilang kalau beliau masak nasi tapi cepat basi dan sudah tiga hari seperti itu makanya mbahkung menelpon keluarganya satu persatu. Mami pernah bilang kalau seperti itu biasanya akan terjadi sesuatu yang buruk tapi aku kurang percaya sama hal-hal gitu.

Tadi aku sempat telpon pakdeku sebelum masuk pesawat, pakde bilang mbahkung langsung tidak sadar selesai sarapan padahal beliau sempat jalan pagi keliling desa. Mbahkung memang lagi liburan di rumah pakde. Rencananya mbahkung akan ke Jakarta bulan depan saat ulang tahunku.

"Halo, Bang."

"Ini dia lagi ngelamun. Hapenya disilent mungkin."

"Katanya pusing, dari tadi nangis, Bang."

"Oke nanti gue bilangin ke dia." Sepertinya Haechan ditelpon kakakku. "Bang Johnny udah nyampe di Surabaya sekarang dia otw Madiun." nahkan benar dugaanku.

"Iya."

"Mas, Mbak, mampir rest area dulu ya? Saya kebelet pipis." tanya anak buah Kak Johnny, Pak Budi.

"Iya mampir aja, Pak." jawab Haechan.

Pak Budi membelokkan mobilnya ke rest area. Haechan menyuruhku menunggu di mobil selagi dia ke minimarket beli minuman.

"Minum dulu, Jav." Haechan membuka satu botol air mineral lalu memberikannya padaku.

"Makasih, Chan."

Setengah jam kemudian kami sampai, kami langsung ke rumah sakit tempat mbahkung dirawat. Kak Jaehyun lagi di dalam. Pakde bilang kalau mbahkung harus dijaga satu orang karena beliau sering ingin melepas selang makannya. Sepertinya beliau setengah sadar karena tangan dan kaki kirinya masih bisa gerak, yang kanan baru tidak bisa.

Kak Jaehyun keluar lalu menyuruhku masuk. Badanku langsung lemas melihat mbahkung terbaring lemah dengan banyak selang menempel di badannya. "Mbahkung, ini Javier datang." bisikku. Tangisku kembali pecah saat keluar airmata dari mata mbahkung, iya beliau menangis. "Javier kangen sama mbahkung." Tangan mbahkung bergerak hendak melepas selang makannya, aku langsung menahan sambil bilang, "Jangan ya, Kung, jangan dilepas biar mbahkung sembuh. Katanya mau ke Jakarta pas ultah Javier." Mbahkung pun nurut dan menaruh tangannya kembali.

Adzan Maghrib berkumandang. Pakde menyuruhku sholat dan mencari makan bersama Haechan, Kak Jaehyun, dan Kak Johnny. Kak Johnny baru saja sampai disini. Aku dan Haechan sholat sedangkan dua kakakku menunggu di depan mushola.

Aku, Haechan, dan Kak Johnny makan nasi goreng. Kak Jaehyun cuma makan martabak manis karena susah mencari makanan vegetarian disini. Untuk malam ini pakde mengajak kami pulang, sudah ada dua omku yang menjaga mbahkung. Besok barulah kami yang menjaga seharian.

Di rumah pakde hanya ada dua kamar jadi Kak Jaehyun dan Haechan tidur di ruang tamu, aku dan Kak Johnny tidur di kamar sepupuku. Sebenarnya aku bisa tidur sendiri tapi rumah pakde ini terkenal angker, lagipula Kak Johnny butuh tidur di kasur yang enak, dia baru sampai di Singapore setelah mampir ke Korea Selatan. Dua jam mendarat, dia dapat kabar dari mami.

✔Broers | Johnny Jaehyun (Not bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang