27. ZEVENENTWINTIG

712 102 7
                                    

Pukul tiga sore, aku dan Haechan sudah di jalan menuju salah satu restoran terdekat. Aku jadi ikut Haechan karena tidak mungkin naik ojek online, bisa digeprek oleh kakak – kakak over protective itu. Lagipula Haechan bilang hanya sebentar.

Kami sampai duluan, namun tidak perlu menunggu lama teman Haechan sudah datang bersama tiga orang. Tunggu- Kak Doyoung?

Ternyata teman Haechan yang bernama Alia ini adek tingkat Kak Doyoung dan mereka habis belajar bersama dengan teman yang satunya lagi, Kezia.

"Hi Kak, apa kabar?" tanyaku pada Kak Doyoung, berusaha mencairkan suasana.

"Baik banget."

Aku tersenyum mendengar jawaban Kak Doyoung. Sepertinya dia bahagia dan tidak ada harapan lagi untuk kami baikan.

Ketika makanan datang, mereka mulai mengobrol dan aku tidak dianggap. Setiap aku ingin nimbrung, aku selalu disela oleh dua perempuan itu. Lama – lama aku muak. Aku langsung berdiri mengemasi barangku dan pamit pulang. Haechan menahan lenganku, "Tunggu dulu, Jav."

"Percuma gue di sini gak dianggap." ucapku datar.

"Kan kamu gak bisa pulang kalo gak sama aku. Mau naik ojol?"

"Gak-"

"Biarin aja naik ojol, Chan. Kan udah gede ini." sahut Alia.

"Lo gak tau aja dia punya banyak kakak yang protektifnya kebangetan."

"Manja banget sih." ceplos Kezia.

Aku menyeringai. "Kenapa? Iri ya lo gak ada yang manjain? Haechan, Kak Doyoung, manjain nih si Kezia. Kasian banget gak ada yang peduli sama dia."

Muka Kezia mulai tidak enak. Sejak awal sudah kelihatan kalau dua perempuan ini tidak suka padaku.

"Jav-"

"Gue pulang dulu. Tenang Chan, gue udah dijemput Ko Brian di depan, lo gak perlu khawatir. Oh ya, bill on me." Aku tidak berbohong. Aku memang minta tolong Ko Brian agar menjemputku karena sudah merasa tidak nyaman melihat siapa saja yang hadir. "Jangan lupa itu Kezia dikasih perhatian." Aku menepuk pundak Haechan lalu berjalan ke kasir.

Sebelum ke luar, aku menoleh ke arah mereka dan ya dua perempuan itu melihatku sinis. Aku tidak peduli, mereka dulu yang menyerang.

Hari ini Ko Brian membawa mobilnya sendiri dan sudah pasti mobil mewah. Ada bau duit dari dirinya dilihat dari pakaiannya sekarang. Dia menyambutku dengan senyuman manis. "Mau jalan dulu apa langsung pulang? Kamu kayak bete banget gitu."

"Pulang aja. Aku lagi pengen makan mie rasa soto tiga bungkus."

"Tapi kamu kan habis makan."

"Makan ati doang mana kenyang." ucapku sambil menurunkan sandaran kursi. "Ko, aku tidur dulu ya? Capek habis berantem."

Ko Brian terkekeh. "Silakan, Princess."

Ce Vara, Mas Seno dan Ko Brian melongo kaget karena sedari tadi aku tidak berhenti mengomel.

"Pelan – pelan makannya, Jav. Nanti keselek lho." Mas Seno melihatku dengan tatapan khawatir.

"Maaf. Aku udah kelewat sebel."

Ko Brian menggelengkan kepalanya. "Tapi kamu keren deh cara ngebalesnya. Classy gitu gak pake jambak – jambakkan."

"Dih ngapain aku ngabisin energi buat jambak tuh anak setan."

"Javier, language." tegur Ce Vara.

"Maaf. Keceplosan."

"Abisin dulu baru ngomel lagi."

✔Broers | Johnny Jaehyun (Not bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang