Chapter 4.

1.2K 94 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!

Setelah Alan keluar dari kamar putranya. Alan melihat putri sulungnya sedang duduk diam di ruang tamu.

Alan pun menghampiri putrinya dan duduk di sebelah gadis itu.

"Anak papah kenapa ini??"

Noura terkejut dengan suara papahnya.

"Papah"

Alan mengusap rambut panjang putrinya. "Kamu kenapa?? Udah malem loh, gak tidur??"

Noura tersenyum sambil menggeleng. "Belum ngantuk. Papah sendiri kenapa gak istirahat??"

"Sama, papah juga belum ngantuk. Kamu ada masalah?? Kalau ada masalah cerita sini sama papah."

Noura tersenyum manis. "Gak ada kok pah."

"Maaf ya, Papah gak pernah ada buat kalian. Papah sibuk kerja terus. Sampai anak anak papah ada masalah, papah gak tau. Noura cerita aja sama papah, biar papah gak kepikiran. Ya walau papah gak bisa kasih solusi, tapi dengan cerita, beban kamu berkurang."

Noura langsung memeluk tubuh Alan erat. Gadis itu menangis di dada papahnya histeris.

Ada rasa sakit saat melihat anaknya menangis begitu pilu, begitu berat kah beban Noura.

Alan mengusap punggung Noura lembut. "Nangis aja sayang, Keluarin semuanya."

Nisa membawa secangkir teh untuk Alan. "Mas."

Alan meletakan jarinya dibibir, menyuruh Nisa untuk jangan berbicara dulu.

Nisa terkejut melihat putrinya menangis dipelukan Alan. Terlihat dari punggung Noura yang bergetar hebat.

Noura melepaskan pelukannya dan menatap Papanya.

"Udah? Sekarang Noura mau cerita sama papah??" Tanya Alan lembut.

"Tapi papah jangan marah sama Noufal. Janji sama Noura." Ucap Gadis itu yang masih sesegukan.

Alan menautkan kelingkingnya. "Iya, papah janji. Sekarang coba cerita."

"Noura capek pah, Noura capek sama tingkah Noufal yang susah diatur di sekolah. Noura merasa gagal jadi kakak buat Noufal. karna ulah Noufal, papah sama mamah jadi harus dipanggil disekolah. Noura cuma minta buat Noufal berhenti jadi anak gak bener. Noura gak mau papah sama mamah nanggung malu karna Noufal selalu berulah."

Alan kembali memeluk putrinya.

"Kamu gak pernah gagal sayang. Kamu adalah kakak terbaik untuk Noufal. Papah tahu, kamu cuma mau Noufal menjadi anak baik untuk mamah sama papah. Tapi papah juga masih menoleransi sikap Noufal,  karna Noufal masih remaja."

Nisa duduk di sebelah Noura. Dan sekarang posisi Noura berada di tengah tengah orang tuanya.

Nisa memeluk tubuh putrinya. "Anak mamah udah dewasa sekarang. Maafin Noufal ya sayang, udah buat kamu malu disekolah."

Noura menggeleng. "Walau Noufal selalu bikin ulah, tapi Noura gak pernah malu untuk selalu jadi kakaknya disekolah. Noura cuma mau Noufal berubah jadi anak baik Mah. Noura juga gak tega ngehukum adik sendiri setiap hari. Noura sayang Noufal mah."

Noura kembali terisak dipelukan Mamahnya.

"Iya sayang, Mamah ngerti makhsud kamu. Noufal masih dalam proses, pelan pelan dia akan berubah menjadi anak baik. Dan dia gak akan bikin ulah lagi disekolah"

Noura mengangguk dan kembali memeluk Mamahnya.

"Kamu tahu gak, Noufal juga tadi keliatan nyesal. Dia minta maaf sama papah. Tapi papah tau, makhsud Noufal itu baik. Udah ya, anak papah jangan sedih lagi. Nanti sedikit sedikit papah bantu bicara sama Noufal. Ya"

"Makasih ya Pah, Mah. Noura sayang sama Noufal dan Mamah Papah"

"Kita juga sayang sama Noura"

Mereka pun berpelukan. Teletabissss Teletabis...

***

Keesokan harinya, Keluarga Alan sedang menyantap sarapan mereka dengan khidmat.

"Pa, Motor Noufal udah boleh di bawa kan??" Tanya Noufal disela sela makannya.

"Gak!"

Noufal menatap Kakaknya Intens. "Kenapa??Pipa kemarin bilang, gue udah boleh lagi bawa motornya kok"

"Gue yang nglarang. Selama lo masih bikin ulah di sekolah. Gue gak akan ijinin lo bawa motor."

"Nor lo--"

"Kenapa?? Lo gak terima. Gue bikin peraturan ini, bukan karna gue kakak lo, tapi karna gue Ketua Osis. Jadi kalo lo masih kekeh  buat bawa motor. Gue bikin sanksi buat lo"

Alan dan Nisa hanya menggelengkan kepala. Mereka tidak bisa ikut campur, itu urusan mereka sebagai pelajar.

"Mim--"

Belum menyelesaikan ucapannya, Nisa sudah beranjak dari duduk dan pergi kedapur.

"Pip--"

"Papah ada urusan bentar ya" Ucap Alan sambil membereskan tempat makannya dan membawa ke Nisa.

"Okey, Gue nurut apa kata lo. Gue gak akan bikin ulah lagi disekolah." Putus Noufal lalu menghembuskan nafas berat.

Noura tersenyum miring. "Bagus"

"Asal gue selama gak bawa motor, gue nebeng lo. Dan  turunin gue di parkiran. Gue gak mau turun di gerbang"

"Ya asal cewe cewe lo itu gak ngrusak mobil gue"

Alan dan Nisa langsung menatap Noufal. Sebanyak apa cewe cewenya Noufal.

"Nor. Mulut lo-"

Noura tertawa lirih karna melihat wajah adiknya merah padam.

Hello, Captain! : TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang