Chapter 23.

907 68 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!

"Sebenernya makhsud ke datangan Mas Dewa itu apa??" Tanya Nisa bingung. 

"Oke aku to the point aja ya. Aku mau nikahin kamu untuk menggantikan posisi Alan sebagai ayah dari anak anak kamu"

JDERR!!!

Nisa mengerutkan dahi. Apa dia salah dengar???

Dewa menggenggam tangan Nisa erat. "Nis, aku tahu aku ini lancang banget. Tapi niat aku baik, aku tahu selama gak ada Alan, pasti kamu kesusahan kan?? Izinkan aku buat jadi Ayah untuk anak anak kamu Nis"

Nisa menghempaskan tangan Dewa kasar. Kenapa bicara pria di hadapannya ini semakin ngelantur.

"Mas Dewa mabuk ya."

Dewa menggeleng. "Aku serius Nis"

"Maaf Mas, Aku gak butuh ayah pengganti untuk anak anakku. Walau Mas Alan sudah gak ada, tapi gak ada niat sekali pun aku buat menikah lagi." Ucap Nisa parau.

Hanya Alan yang ada di hati wanita itu, Dia pun yakin jika dirinya bisa menjadi ibu sekaligus Ayah untuk anak anaknya.

"Nis, tolong dengerin aku dulu. Aku itu sayang sama kamu" Ucap Dewa dengan sedikit penekanan.

"Mas Dewa ngomongnya semakin ngelantur. Maaf mas Dewa boleh pergi dari sini"

Saat Nisa hendak bangkit dari duduknya, Dewa dengan sigap menahan tangan Nisa.

"Nisa, aku mohon--" 

"Mas Dewa apa apaan sih!!"

Bukk

"Jangan pernah sentuh nyokap gue Om!!"

Noufal meninju rahang Dewa dengan kuat. Untung saja Noufal datang.

Dewa tersungkur di lantai. Darah segar keluar diujung bibir pria itu. "Om cuma mau kasih solusi ke Mamah kamu Fal. Tolong Nis, dengerin aku dulu"

"Gak ada solusi apapun dan gak ada yang perlu didengarkan. Sekarang juga, Om pergi dari sini!!" Ucap Noufal dengan tatapan tajam menghunus ke arah Dewa.

Dewa bangkit, lalu menatap Nisa yang berada di belakang Noufal. "Aku akan selalu nunggu jawaban kamu Nisa"

Setelah itu, Dewa langsung melenggang pergi dari kediaman Nisa.

Noufal menggenggam tangan ibunya. "Mamah gapapa?? Ada yang luka??"

Nisa menggeleng lalu wanita itu mengusap bahu putranya pelan. "Mamah gapapa sayang."

Rasanya jantung Nisa seakan hampir copot ketika Dewa menarik tangannya. Kenapa dengan Dewa. Pria itu menyayanginya. Astaga

"Noura mana??" Tanya Noufal.

"Noura lagi ke pasar. Tadi mamah yang suruh, mamah pengen bakso. Jadi mamah suruh Naoura kepasar beli bakso"

Noufal mengusap wajahnya kasar. "Kenapa mamah gak telepon Noufal aja. Kalau Noura pergi kaya gini, kan  jadi mamah gak ada yang jagain"

Nisa menepuk lengan anaknya. "Kan kamu lagi ngampus, masa mamah suruh kamu cuma buat beli Bakso. Lucu kamu ih"

"Ya tapi kan--"

"Assalamualaikum"

Semua mengalihkan pandangan ke arah Noura yang baru saja pulang.

"Nor lo gimana sihh. Gue bilang lo jagain mamah"

Nisa mengusap lengan putranya, mungkin Noufal masih terbawa emosi. "Udah udah. Mamah gapapa kok"

Noura menatap Noufal dan Nisa secara bergantian. "Emangnya ada apa??"

"Gapapa sayang. Mana Baksonya, adik kamu udah pengen banget nihh" Ucap Nisa mencoba  mengalihkan ucapan Noufal.

"Klo lo gak ninggalin mamah, Om Dewa gk akan dateng dan maksa mamah buat nikah"

Kerutan di dahi Noura semakin ketera jelas. Kenapa jadi membawa Om Dewa. "Makhsud lo apaan sii?? Om Dewa maksa mamah nikah. Sumpah lo bertele tele banget"

"Iya, baru aja Om Dewa kesini dan dia maksa mamah buat nikah. Dia bilang dia sayang mamah lah. Lo tuh dirumah buat jagain mamah. Kalo kondisi mamah ngidam, lo bisa kan hubungin gue" Ucap Noufal dengan cepat.

Noura langsung menatap mamahnya, "Mah, apa bener yang dibilang Noufal??"

"Udah lupain aja. Lagian mamah gapapa kok. Mamah mohon ya, jangan perbesar masalah ini. Ya sayang"

TBC

Gak jelas ya. Waduhhh gaswat iki

Hello, Captain! : TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang