Chapter 35.

1K 93 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE GENGS!!!!

2 jam sudah Noura berdiam diri sendirian di ruang inapnya. Ia kira, setelah meminum obat dari suster, Noura akan terlelap namun ternyata tidak. Matanya masih segar tanpa adanya tanda tanda mengantuk.

Sejak di beri tahunya bahwa Alan sudah mulai bertugas, Noura tak mengharapkan lagi sang ayah datang menemaninya di rumah sakit.

"Suster, saya bosen. Boleh gak, suster ajak saya jalan jalan. Saya gak bisa tidur sus."

Ucap Noura kepada Suster yang baru saja masuk ke ruangannya.

Sejak berada di rumah sakit ini, Noura sudah lupa seperti apa udara sejuk di luar sana. Noura ingin merasakan seperti dulu lagi.

"Boleh dong. Sebentar ya, Suster ambil kursi rodanya dulu." Tutur si Suster dengan ramah.

"Iya Sus,"

Alan sengaja memilih tempat rawat inap VIP untuk Noura, jadi apapun yang diinginkan Noura selama di rumah sakit ini, akan di sediakan langsung oleh tim medis. Benar benar orang tua idaman.

Dengan di bantu oleh dua Suster, akhirnya Noura bisa mendudukan diri di kursi roda.

"Sus, Noura mau di bawa kemana??"

"Noufal, bukannya lo udah balik ke Harvard?? Kok, lo disini??" Ucap Noura kepada kembarannya yang baru saja datang dengan pakaian yang rapih.

Seingatnya, Nisa bilang, jika Noufal sudah kembali ke Amerika dengan menaiki maskapai ayahnya. Kenapa tiba tiba pemuda itu datang ke rumah sakit.

"Gak jadi. Sus, Noura minta jalan jalan ya?? Biar saya aja yang nemenin dia ya Sus."

"Boleh mas"

Noufal mulai mendorong kursi roda Noura menuju ke taman rumah sakit.

"Fal, lo belum jawab pertanyaan gue."

Noufal duduk di kursi yang tersedia di taman rumah sakit itu, tepat di hadapan Noura. "Gue bilang kan gak jadi."

"Ya gak jadinya kenapa dodol."

"Percuma gue ke Harvard sekarang kalo pikiran gue ada disini."

Sungguh Noura sangat benci dengan hal yang bertele tele, contohnya saja Noufal yang sangat belibet jika berbicara.

"Makhsudnya??"

"Gue masih keinget ucapan dokter yang bilang kalo lo udah gak ada waktu itu. Gue masih takut kehilanga lo Nou, gue takut tiba tiba lo pergi."

Jika saja Noura bisa melihat keadaan keluarganya waktu itu, saat ia di katakan sudah tiada, apakah semua orang yang ia tinggal akan baik baik saja.

"Bukannya lo seneng kalo gue pergi, artinya lo bakal jadi anak kesayangan mamah papah, ditambah gak ada yang ngomel ngomel ke lo lagi."

Ya mungkin saja, jika waktu itu dia pergi. Memang keluarganya akan sedih karna kehilangannya. Tapi ia juga yakin, tak lama dari itu, mereka akan mendapatkan anak baru, yaitu adik mereka yang saat ini sedang dikandung oleh Nisa.

"Nou. Kalo lo berfikir gue akan bahagia setelah gue kehilangan cerminan diri gue. Lo salah Nou. Kita 19 tahun terus bareng bareng dari sejak di perut mamah. Dan saat kita udah sama sama dewasa terus di pisahin, gak akan mungkin gue bisa bahagia. Gue mungkin bakal berfikir buat ngikut sama lo."

"Maaf Nou, kalau selama ini gue selalu nyusahin lo. Gue belum bisa jadi adik yang baik buat lo."

Apa benar ini Noufal adiknya si bocah tengil itu?? Kenapa cara bicaranya sekarang berubah. Apa adiknya mendapatkan hidayah??

"Gue gak pernah ngerasa di susahin sama lo, dan lo adalah adik terbaik gue Fal. Emang gue kadang terlalu keras sama lo, tapi bukan berarti lo nyusahin gue atau gue benci sama lo. Tapi Itu bukti rasa sayang gue buat lo sebagai adek gue."

Sejak mereka mulai tumbuh dewasa, mereka sudah tidak pernah berpelukan seperti dulu kala. Dan hari ini, mereka berpelukan seperti waktu kecil dulu. Pelukan Noufal masih tetap erat seperti dulu.

"Lo harus fokus sekolah di Harvard, gue gak akan ninggalin lo. Lo tau gak, papah pernah bilang kalau saat mamah nglahirin kita, ari arinya cuma satu. Artinya saat kita jauh, gue ada di diri lo, dan lo ada di diri gue."

Memang begitu lucu, Sudah kembar tak seiras, ari ari nya pun ternyata hanya satu. Hahaha.

"Ekhem, maaf apa saya mengganggu acara adik dan kakak??"

Noura dan Noufal mengalihkan pandangan mereka ke arah pria berstelan dokter yang baru saja datang menghampiri mereka.

Jujur saja Noura malu pada Dokter Ali, apa pria itu melihatanya tengah berpelukan dengan Noufal tadi?? Jika iya, emm pasti pria itu seperti sedang melihat drama sinteron di televisi.

"Enggak kok Dok. Silahkan duduk Dok"

Noufal bergerak menggeser tubuhnya untuk memberi luang kursi kepada Dokter Ali.

"Terima kasih Noufal."

"Oh ya, apa lukanya jahitanya masih terasa sakit Noura??" Ucap Dokter Ali membuat topik pembicaraan.

Noura meraba bagian dadanya yang terdapat perban bekas jahitan operasi. "Enggak dok. Nyerinya sudah sedikit berkurang."

"Nanti, kalau lukanya sudah sedikit mengering, kamu gak usah pakai perban lagi ya."

Sudah sejak lama Noufal terus memperhatikan gerak gerik dokter Ali. Selama Noura berada di rumah sakit, yang Noufal tahu, pria ini tak pernah absen untuk menemui kembarannya. Memang, Ali adalah dokter spesialis jantung. Tetapi yang dia lihat bukan dokter dan pasien, melainkan seperti seorang pria yang menghawatirkan gadisnya.

"Dan kalau ada apa apa, kamu bisa hubungi saya Noura."

Tidak mungkin rumah sakit besar ini hanya memiliki satu dokter spesialis jantung. Kenapa harus menghubungi Dokter Ali?? Sudah Noufal tebak, jika Dokter Ali sepertinya memang memiliki rasa lain terhadap kembarannya.

Astaga, Noufal baru sadar jika dia sekarang sedang seperti lalat sampah di antara Ali dan Noura. Huft, dia harus pergi. Noufal tidak ingin menjadi kambing conge ditengah tengah mereka.

"Nou, gue mau ke kantin rumah sakit dulu ya, Beli kopi. Dok, saya titip Noura sebentar ya."

"Iya Fal, kamu tenang aja. Saya yang akan jaga Noura selama kamu di kantin."

"Oke, Sipp"

Setelah kepergian adiknya, Noura menjadi bingung harus mencari topik apa untuk menghilangankan keheningan antara dirinya dan Dokter Ali.

"Dok, kapan saya boleh pulang??"

Terlihat Dokter Ali tersenyum lembut ke arah Noura. "Secepatnya. Saya tahu, kamu pasti udah bosen kan terus berada di rumah sakit?? Nanti saya akan atur jadwal kepulangan kamu, jadi kamu bisa melalukan rawat jalan. Dan selama di rawat jalan, saya akan tetap memantau kesehatan kamu."

Sedetail itu?? Astaga, Noura benar benar tidak memiliki kesempatan untuk bertanya. Ia harus menelan pertanyaannya mentah mentah karna setiap pertanyaan itu sudah terjawab oleh Ali.

"Baik dok, Terima kasih."

Ah Noura seakan lupa cara bernafas saat Ali menggegam tanggannya. Kenapa dia jadi segugup ini.

"Noura, ini tugas saya. Jadi kamu gak perlu berterima kasih."

Noura tersenyum namun batinnya terus berdoa semoga Ali tidak mendengar suara degup jantungnya karns tangannya masih terus di genggam pria itu.

TBC

Gimana Noura cocok gak sama Dokter Ali. Kalo cocok spam Komen ya🤓🤓🤓

AKU KIRA PART INI UDAH DI PUBLISH, TERNYATA MASIH DI DRAFT🙈🙈🙈🙈

Hello, Captain! : TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang