"Haechan please, aku nggak mau. Kalau kamu mau foto, berdua aja ya sama Jeno. Aku nggak ikutan, muka aku lagi jelek." Jaemin menunjukkan jerawat merah yang ada di bawah hidungnya.
"Kamu dari tadi diajak ketemu Jeno nggak mau. Kenapa, sih?"
"Dibilang muka aku lagi jelek."
"Mana ada muka kamu jelek. Kamu malu ya sama pacarnya Jeno yang mulus itu?"
Haechan mengatakannya sebagai candaan namun pertanyaan itu menghunus tepat di hati Jaemin.
Kedua sahabat itu datang ke kampus dihari upacara wisuda universitas. Sekarang jam setengah dua belas dan para wisudawan sudah keluar dari gedung. Jeno menjadi salah satu yang memakai toga. Mau tidak mau Jaemin mengiyakan ajakan Haechan untuk menyelamati kelulusan Jeno.
"Kamu aja deh Chan, dari semalam badan aku nggak enakan."
"Alasan, kamu. Pas Jeno sidang juga kamu nggak datang, bilangnya lagi di rumah nenek."
"Soal yang satu itu beneran Chan, nenek aku lagi sakit."
"Oh berarti yang sekarang ini nggak beneran? Sakitmu bohongan?"
'Soal ini paling benar, Chan. Sakit banget, malah.'
Haechan setengah menyeret Jaemin menuju Jeno dan keluarganya yang berkumpul di samping gedung. Ada orang tuanya, kakaknya, dan kekasihnya.
"Om, Tante," Haechan menyalami Lee Donghae dan Jessica, orang tua Jeno, serta Lee Taeyong, kakaknya. Jaemin mengikuti dari belakang.
"Udah lama kalian nggak main ke rumah, pada sibuk?"
Haechan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu karena Jeno lulus lebih dulu dari dirinya, "hehe, iya Tante, skripsian."
Di samping Haechan, Jaemin hanya tersenyum kikuk memegangi tangannya yang mulai berkeringat.
"Nggak apa-apa, sebentar lagi pasti nyusul Jeno, kok."
"Judulnya Haechan tuh terlalu bagus Bun, makanya selesainya lama," Jeno ikut menimpali.
Sedari tadi ia berusaha untuk tidak melirik Jaemin yang tampak enggan berada dekat dengannya. Tadi sebenarnya ia sudah melihat dua temannya dari jauh. Tapi ia tidak mau menyapa karena takut membuat Jaemin terpaksa harus mendekatinya. Kini Jaemin berada di depannya atas paksaan Haechan dan masih diam.
"Punya Jaemin ini yang mau selesai bentar lagi, Tan. Rajin banget bimbingan dia. Tiap aku ajakin keluar bilangnya nggak bisa terus."
Jaemin mencubit pinggang Haechan dan hanya tertawa pelan kepada ibu Jeno. Ia benci berada di situasi canggung seperti ini. Sebenarnya sejak tadi ia ingin sekali menonjok muka Jeno yang sangat tampan itu. Yang tangannya sedang merangkul kekasihnya, Renjun.
"Pacarnya Jeno, ya? Kenalin, aku Haechan," pemuda berkulit tan itu menyapa Renjun dengan ramah dan mengulurkan tangan untuk bersalaman. Renjun membalasnya dengan senyum manis dan menanggapi ramah-tamah Haechan.
"Wah, Jaemin, lama ya kita nggak ketemu."
"Iya, Kak," Jaemin mengangguk pelan ke arah Renjun tanpa mengulurkan tangan seperti yang Haechan lakukan. Kakak kelasnya itu tampak tidak bermasalah dengan sikapnya dan masih tersenyum manis seperti biasa.
Jelas saja Jeno menyukai Kak Renjun...
Pandangan Jaemin berputar berusaha menghindari sepasang kekasih itu. Saat matanya mengarah ke utara, dadanya terasa lega. Ia bersyukur seolah telah mendapatkan bala bantuan dari Tuhan.
Jaemin melambaikan tangan kepada objek tujuannya sambil berseru semangat 'hei!' yang membuat orang-orang di sekitarnya mengalihkan atensi pada Jaemin.
Padahal yang disapa juga tidak mengetahui keberadaannya.
Tak mau kepura-puraannya ketahuan, segera ia pamit pada keluarga Jeno. Mengatakan jika ia harus menyapa temannya yang juga wisuda hari ini.
"Jen, duluan," sekali itu Jaemin memberanikan diri menatap mata Jeno. Walau sekilas saja. Demi sopan santun. Jaemin mengambil langkah lebar-lebar menjauhi kerumunan itu.
"Jaem kita belum foto bareng!" Haechan mencegah kepergian Jaemin yang hanya dibalas lambaian acuh pemuda itu tanpa menoleh ke belakang.
***
"Hei, selamat ya udah wisuda!"
Jaemin menghampiri pemuda tujuannya, meraih bahunya, memeluknya singkat, dan menepuk punggungnya beberapa kali seakan mereka kawan akrab sejak lama.
Mark kaget dan mundur menjauhi tubuh yang tiba-tiba memeluknya. Matanya melotot saat mengetahui ternyata Si 'Vespa-Boy' yang berada di hadapannya.
"Sorry tadi nyamperin temenku dulu baru ketemu kamu."
Mark masih tidak mengerti dengan maksud perkataan Jaemin yang tidak jelas itu.
"Teman Mark?"
'Oh, jadi namanya Mark?'
"Eh, iya, Tante," Jaemin tersenyum ramah dan menyalami wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Mark. Sepertinya itu ibu Mark? "Tante bagaimana kabarnya, sehat?" Akting Jaemin berlanjut di depan keluarga itu.
Buru-buru Mark menarik sebelah bahu Jaemin untuk menghadapnya dan mengirimkan sinyal kebingungan lewat matanya. Tapi Jaemin malah memasang senyum aneh yang makin membuat Mark tidak mengerti.
"Ma aku mau ngobrol dulu sama temanku."
Mark menarik siku Jaemin menjauhi ibu dan adiknya. Sampai di bawah pohon, Mark melepas tangannya dari Jaemin. Senyum lebar yang sedari tadi bertengger di bibir Si 'Vespa-Boy' kini berubah menjadi ringisan.
Jari tangan kanan Jaemin diangkat membentuk lambang victory. "Hehehe, saya bisa jelaskan."
"Ya, memang itu yang saya minta."
Dari kejauhan, Jeno dan Haechan melihat Jaemin bersama pemuda yang tidak mereka kenal.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
It All Started with Broken Hearts
FanfictionKetika hidup yang senantiasa dipenuhi kebahagiaan perlahan mengkhianatimu, kau hanya tak terbiasa dan tak tahu bagaimana harus menghadapinya.