Mark's First Step

259 58 8
                                    

Sejak pengakuan Jaemin waktu itu, Haechan jadi lebih sering menemani Jaemin dikala senggang. Seperti hari ini, Haechan berjanji untuk menemani Jaemin mengerjakan skripsi. Haechan baru saja selesai bimbingan dengan dosennya dan ia tak membawa kendaraan ke kampus, jadi ia meminta Jaemin untuk menjemputnya terlebih dahulu.

"Mau ngerjain dimana? Kafe yang kaya kemarin?" tanya Haechan sambil memakai helm pemberian Jaemin.

"Ke kafenya Kak Jaehyun aja yuk? Sekalian cobain menu baru, lagi promo juga."

"Ayuk. Udah lama nggak lihat kakak ganteng juga."

"Hadehh~" Jaemin menyalakan starter vespanya, "udah ayo naik."

Butuh waktu lima belas menit untuk sampai di lokasi tujuan. Usai memarkir sepeda motor, keduanya masuk dan memilih tempat duduk di samping jendela.

Karena Jaemin sudah mengambil data wawancara yang diperlukan dan sudah mentranskripnya, sekarang ia tinggal mengerjakan analisisnya. Sebenarnya ia bisa mengerjakan sendiri, namun Haechan memaksa untuk menemani. Terlebih ia dan Haechan berbeda fakultas, jadi kehadiran Haechan pun tidak begitu banyak membantu. Hanya saja belakangan sahabatnya selalu menempelinya, jadi kadang ia membawa Haechan keluar jika sedang suntuk di rumah.

"Tolong bacain halaman yang udah aku tandain pake post-it dong, Chan."

***

Di sore yang sama, Mark menunggu Lucas di lobi untuk pulang bersama. Hari ini Lucas menebeng Mark karena STNK sepeda motornya terbawa adiknya.

Sambil menunggu, Mark membuka aplikasi Instagram. Story Jaemin terlihat di sisi paling kiri. Tanpa pikir panjang ia langsung membukanya. Jaemin baru saja mengunggah foto sekitar sepuluh menit yang lalu. Terlihat dari gambarnya itu seperti kafe milik roommate-nya.

"Luke, mampir makan dulu mau nggak?" tanya Mark begitu orang yang ditunggunya keluar dari lift.

"Masih sore udah laper Bos?"

"Hooh laper. Banget."

Bohong, Mark lagi cari kesempatan buat ketemu Jaemin.

"Yaudah naspad yok."

"Bosen ah dari kemarin ngajaknya naspad mulu. Kafenya Jaehyun aja lah."

"Mahal nying akhir bulan nih. Soto aja deh soto."

"Yaelah minggu depan juga gajian. Soto besok siang aja!"

Setelah berhasil membujuk Lucas, mereka akhirnya berangkat dengan Mark yang membonceng di belakang. Di perjalanan, Mark mengirim pesan pada Jaehyun bahwa mereka akan mampir.

Sudah hampir dua minggu dari terakhir kali Jaemin mampir ke apartemen, mereka belum bertegur sapa lagi secara langsung. Hanya sesekali Mark merespon unggahan Instagram story Jaemin. Itupun hanya berlanjut pada percakapan singkat.

Dari tempat parkir di luar kafe, Mark dapat melihat Jaemin melalui jendela, tengah duduk bersama seseorang yang sering terlihat di Instagram story Jaemin.

"Lho, Jaemin, kamu di sini?"

Jaemin berhenti mengetik saat mendengar seseorang menyapanya.

"Kebetulan ya ketemu di sini."

Jaemin tersenyum kepada Mark yang ternyata berdiri di samping mejanya. "Eh, hai. Kebetulan banget ya. Mau ketemu sama Kak Jaehyun ya?"

Jaemin juga mengangguk sopan pada Lucas yang berdiri di belakang Mark.

"Oh kita mau makan kok."

Lucas mencolek pundak Mark, mengode agar segera mencari meja untuk mereka sendiri. Sial bagi Lucas ternyata seluruh meja penuh saat itu. Yang kemudian dimanfaatkan Mark agar dapat duduk semeja dengan Jaemin.

"Wah, mejanya penuh. Ayo Cas kita take away aja."

"Sini duduk sama kami aja," kata Jaemin sambil membereskan buku-buku yang berserakan di meja.

"Eh tapi lagi ngerjain tugas ya? Jangan deh takut ganggu."

"Nggak apa-apa, beneran." Jaemin kemudian berpindah tempat duduk di samping Haechan agar Mark dan temannya bisa duduk di sisi lain meja.

"Dibilang mending naspad aja, ngeyel lo," bisik Lucas di telinga Mark.

"Ssst diem udah dikasih meja juga."

Sesaat kemudian pelayan datang mencatat pesanan mereka. Begitupun Jaemin dan Haechan yang menambah minuman.

Lucas berinisiatif memperkenalkan diri sebagai rekan kerja Mark pada dua orang di hadapannya. Jaemin juga memperkenalkan Haechan kepada Mark dan Lucas.

"Ini orang yang waktu itu kamu temuin bukan, sih?" Haechan bertanya pada Jaemin saat Mark dan Lucas menyapa Jaehyun yang menghampiri meja mereka. Jaemin mengangguk menjawabnya. Ia tadi lupa kalau Haechan pernah membahas Mark beberapa hari yang lalu. Malah ia yang menawari Mark untuk duduk satu meja dengan mereka. Semoga Haechan tidak berbuat yang aneh-aneh.

"Kak Jaehyun kenal juga sama teman-temannya Jaemin?" Haechan mulai masuk dalam pembicaraan tiga lelaki itu.

"Iya, udah temenan dari SMA malah. Mark juga roommate-ku sekarang."

"Oh ya? Wah~" Haechan melirik Jaemin yang fokus dengan laptopnya.

Keempatnya sibuk mengobrol yang didominasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Haechan. Jaemin mencoba melarutkan diri dalam tulisan di layar laptopnya, tidak terlibat dalam percakapan itu. Haechan memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga ia dapat memancing informasi tentang Mark. Karena ia tau akan sangat sulit untuk menanyai Jaemin.

Saat pesanan diantar ke meja, Mark melirik Jaemin masih fokus mengerjakan sesuatu. Tadi niat Mark datang kesini ingin melihat pemuda itu. Tapi kalau Jaemin terganggu ia jadi merasa tidak enak juga.

"Jaemin diem aja dari tadi? Maaf ya malah jadi ganggu."

"Lanjutin aja ngobrolnya nggak apa-apa kali."

"Istirahat dulu Jaem, udah dari jam tiga juga. Sekarang udah mau gelap." Jaehyun menepuk-nepuk pundak Jaemin kemudian berlalu ke meja kasir kembali.

"Ngerjain apa sih memangnya?"

"Skripsi."

Mark menanyai judul skripsi yang dikerjakan Jaemin dan menawari untuk membantu mengerjakan analisisnya. Walau fakultas keduanya berbeda namun masih sama di rumpun sosial, jadi sedikit-banyak Mark masih paham tentang pendekatan penelitian yang digunakan Jaemin.

"Yaudah besok-besok kalo ada yang bingung aku tanya kamu aja berarti."

"Siap!"

***

"Udah kecium, Bos. Wangi banget."

"Apanya?"

Mark dan Lucas baru keluar dari kafe untuk pulang, keduanya tadi sempat mengobrol lagi dengan Jaehyun beberapa saat. Sedangkan Jaemin dan Haechan sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.

"Perasaan lo. Wangi."

"Apaan dah."

Lucas meninju pelan pundak Mark dan menggodanya. Temannya yang satu itu tidak pernah bisa menyembunyikan perasaan. Lucas tahu sejak dulu Mark adalah orang yang jujur dalam hal apapun.

"Pantesan kok lo tumben ngajak makan sore-sore padahal biasanya males makan sampe ribut di grup kalo udah sakit perut. Taunya yang laper hatinya..."

"Hahaha..."


tbc

It All Started with Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang