Friends?

264 60 3
                                    


"Kita baru beberapa kali bertemu, tapi kamu sudah banyak membantu saya."

"Hm..?" Jaemin mengalihkan pandangan kepada Mark yang kini sedang mencuci piring dan bekas peralatan memasak yang tadi digunakan. Usai makan keduanya membereskan dapur. Jaemin mengembalikan bumbu ke wadah semula sekaligus merapikan isi kabinet.

"Bisa kita berteman? Untuk dua orang yang sudah tiga kali bertemu secara tidak terduga, saya rasa kita bisa menjadi teman." Mark mematikan keran wastafel dan berbalik ikut memandang Jaemin.

Jaemin memiringkan kepalanya mendengar pertanyaan Mark, "bukannya baru dua kali? Pertama waktu kamu antar saya ke bengkel, dan yang kedua baru tadi malam? Yang di kafe itu kita janjian."

"Kamu lupa dengan pertemuan di kampus saat hari wisuda? Kamu tiba-tiba memeluk saya."

Jaemin terlupa dengan momen itu. Pipinya memerah menahan malu. Ia akui sebenarnya tindakannya lah yang memalukan. Memeluk Mark di depan banyak orang. Di depan keluarga Mark juga. Kenapa pula Mark harus mengingatkannya?

"Ekhem," Jaemin berdeham dan kembali merapikan isi kabinet yang berantakan,"maaf jika hal itu mengganggumu."

Mark menahan senyum melihat wajah memerah Jaemin. "Tidak mengganggu, kok. Hanya heran saja kenapa kamu tiba-tiba memeluk saya padahal waktu itu kita belum bertukar nama?"

"Ada insiden waktu itu, saya butuh bantuan dan kebetulan yang saya lihat cuma kamu."

"Insiden apa itu sampai mengharuskan kamu memeluk seseorang yang kamu mintai bantuan?"

"Aduh... ada pokoknya. Insiden gawat. Jangan dibahas lagi, deh. Intinya saya minta maaf buat yang waktu itu."

"Hahahaha..."

Mark terhibur dengan menggoda pemuda yang kini sibuk menahan pintu kabinet dengan sebelah tangan agar mukanya terhalang dari pandangan Mark.

Jaemin yang bersikap malu-malu sangat menggemaskan.

Mark mendekati Jaemin dan bersandar di meja dapur. Tangan kanannya terulur di samping lengan pemuda yang dihampirinya.

"Jadi bagaimana? Kita berteman?"

Jaemin memundurkan badannya dan menutup pintu kabinet. Matanya melirik bergantian antara tangan Mark dan wajah pemuda itu. "Boleh," Jaemin membalas uluran tangan Mark dan menjabatnya. Mark tersenyum dan mengayunkan pelan jabatan tangan mereka.

"Karena kita sudah berteman, bisa kita ganti panggilan aku-kamu? Kalau pakai saya sepertinya terlalu formal."

"Sure."

"Sebenarnya waktu di kafe aku udah ingin tanya soal kenapa kamu tiba-tiba peluk aku di depan gedung. Tapi waktu itu kita baru berkenalan jadi aku takut kamu canggung. Sekarang ternyata kamu masih cangung ya, hehehe..." Jaemin yang melepas tangannya dari Mark seketika memasang wajah datar.

"Ish... Kan udah aku bilang jangan bahas itu lagi..."

"Habisnya kamu lucu, sih. Hahaha!"

Jaemin melenggang ke kamar meninggalkan Mark yang masih sibuk tertawa.

"Jaemin!"

***

Selesai membereskan dapur Mark mandi dan mulai merapikan sisa barang yang masih tersimpan di kardus. Mark tidak membawa banyak barang saat pindahan, sebenarnya. Hanya saja kemarin ia harus menyelesaikan beberapa konten untuk diunggah hari ini, walau sedang tanggal merah. Jadilah sekarang ia baru memiliki banyak waktu untuk membenahi kamar.

It All Started with Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang