"We're friends."

264 49 15
                                    

Long time no see! 

Seperti kemarin, pagi ini Mark kembali mampir untuk menjenguk Jaemin sebelum berangkat ke kantor. Ia membawakan nasi kuning hangat titipan Jaemin. Bukan permintaan Jaemin juga sih, sebenarnya. Semalam saat bertukar pesan Jaemin bilang ingin memakan sesuatu yang terasa gurih agar lidahnya tidak terasa hambar. Jadi Mark berinisiatif membawakan sarapan untuk Jaemin.

Keadaan Jaemin sekarang sudah membaik, hanya tersisa serak dan hidung mampetnya saja.

"Sini aku suapin lagi, duduknya dibenerin dulu."

"Ih nggak usah, udah bisa makan sendiri, kok," ujar Jaemin menolak tawaran Mark. Ia mengambil kotak styrofoam dari tangan Mark dan mencampuradukkan lauk-pauk dengan nasinya. "Kamu juga makan, jangan lihatin aku doang."

"O-oh. Ya." Mark juga membuka satu bungkus yang tersisa lantas ikut makan bersama Jaemin. Selagi sarapan mereka memperbincangkan beberapa hal. Sedikit membahas tentang cerita masing-masing di kampus, lebih banyak membahas tentang rekomendasi tempat sarapan paling enak versi Jaemin.

"Pernah nyobain makan di warung yang seberangnya jalan belakang kampus dua belum? Kalau habis kelas pagi aku sering sarapan di situ."

"Biasa aja ah, rasanya sama kaya nasi uduk kantin fakultasmu malah," sangkal Mark yang jarang makan di luar kantin kampus.

"Tapi telur dadarnya lebih tebel tau! Terus kalo kita pesen lauknya ikan atau ayam, sama ibunya dibolehin nambah nasi."

"Masa sih? Aku nggak tahu kalau bisa gitu."

"Haechan sih yang biasa sepik-sepik ibunya, tapi aku ikut nambah hehe."

"Dasar!"

Tiba-tiba Yoona datang membawa nampan dengan teko berisi teh panas serta dua cangkir. Ia meletakkan baki di atas nakas lalu menuangkan teh untuk Jaemin dan temannya.

"Nak Mark yang bawa nasi kuning di dapur ya?"

"Eh, hehe, iya Tante. Maaf kalau saya cuma bawa itu." Mark meletakkan sendoknya urung menyuapkan makanan.

"Nggak usah repot padahal. Pasti Jaemin yang minta, kan?"

"Aku tadinya nggak minta lho, Ma, dia yang nawarin duluan."

"Nggak repot kok Tante." Jaemin dan Mark menjawab bersamaan.

"Besok-besok kalau ke sini lagi nggak usah bawa makanan, ya. Ikut makan aja di sini, Tante masak tiap hari."

'Eh? Jadi gue direstuin nih?' Mark menggelengkan kepala merasa pemikiran itu datang terlalu cepat.

"Makasih, Tante," kata Mark saat Yoona beranjak meninggalkan kedua pemuda tersebut.

Jaemin dan Mark menghabiskan makanan yang tersisa dan meminum teh yang sudah tak begitu panas. Saat jarum menunjukkan hampir pukul setengah delapan, Mark berpamitan pada orang tua Jaemin.

Kebetulan Siwon juga baru akan berangkat ke kantor jadi sekalian keluar bersama, Mark diajak mengobrol sembari berjalan keluar rumah. Jaemin mengekori ayahnya dan Mark sampai pintu depan.

"Saya suka semangat kerja anak muda kaya kamu. Bagus, pertahankan itu." Siwon menepuk pundak teman anaknya.

"Siap Om."

"Berangkat dulu, ya." Mark berbalik badan untuk berpamitan pada Jaemin.

Tapi Mark bingung saat Jaemin menyodorkan tangan kanannya. Lebih terkejutnya lagi ketika Mark membalas uluran tangan itu, Jaemin malah menempelkan punggung tangan Mark ke dahinya.

Lah?

"Aduh sorry sorry, salah fokus, kirain Ayah."

Mark melirik pada Siwon yang sudah berjalan sampai ke samping mobilnya, syukurlah jadi ia tak ikutan malu. Lalu ia melirik pada Jaemin yang masih meringis. Mark hanya menahan tawa lantas mengusak poni Jaemin, dan pergi menuju sepeda motornya tanpa berkata lagi.

It All Started with Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang