Konco Kenthel (6)
Mingyu
Barusan dapet free sewa lapangan 2 jam
Futsal nggak nih?
"Mark lo mau ikutan futsal kagak?"
Yang ditanya mengangkat pandangan dari layar komputer. "Siapa yang ngajak?"
"Mingyu lah siapa lagi."
Jumat pagi Mark hanya berdua di ruangan bersama Lucas. Yangyang sedang menemani calon developer untuk menemui Seulgi di rumahnya. Beberapa waktu lalu Kyungsoo sudah menyetujui soal rencana pengajuan kontrak developer baru untuk pengembangan web mereka.
Bisa saja sih Yangyang mengurus sendiri tapi ada beberapa hal yang harus Seulgi pastikan langsung. Kalau kata Lucas kepala divisi mereka yang satu itu terlalu profesional walau dalam masa cuti.
Mark baru saja selesai mengedit video untuk diunggah di kanal youtube mereka. Pekerjaan minggu ini sudah ia selesaikan kecuali siang nanti harus menemui satu narasumber.
"Kuy lah. Atur aja jamnya gue ngikut."
Lucas membalas pesan kawannya di grup dan berkata setuju untuk bertemu nanti jam delapan malam.
Mark dan Lucas sebenarnya satu almamater SMA namun berbeda kampus. Mereka menjadi akrab satu sama lain karena sama-sama bergabung di tim basket sekolah. Ketika Lucas lulus terlebih dahulu dan langsung mendaftar sebagai karyawan di sini, Mark baru memulai masa magangnya. Kini mereka bekerja di lingkungan bahkan divisi yang sama.
***
"Gila tuh bocil-bocil tenaganya nggak abis-abis."
Mark dan teman-temannya sedang beristirahat setelah menghabiskan waktu satu jam bermain futsal. Tadi tim mereka melawan anak didik Mingyu yang sengaja dibawa untuk sparing. Katanya rabu nanti harus bertanding.
"Gue kira si Hendery yang mau bawa temen kantornya kaya bulan kemarin. Taunya kita disuruh jadi ajang uji coba anak SMA," celetuk Lukas sambil mengipasi badannya dengan kaos yang sudah ia lepas.
"Lo aja yang udah punya asam urat Luke jadi cepet capek," Mark meledek Lucas. Yang sialnya dibalas dengan lemparan kaos basah penuh keringat.
Sedangkan Jungwoo di pojok lapangan sedang tiduran sambil merentangkan tangan. Kakinya agak keseleo sewaktu salah satu murid Mingyu merebut bola darinya. "Eh Pak Guru mana anak kau yang tadi tackling aku? Suruh ke sini deh!" teriak Jungwoo pada Mingyu yang baru selesai memberi evaluasi pada murid-muridnya.
Anak yang dimaksud mendekati Jungwoo dan duduk bersila di samping kakinya. "Kenapa Pak?"
"Pak, Pak, dipikir saya Bapak kamu? Urutin kaki nih," ujar Jungwoo. Kaki kirinya bergoyang pelan untuk menunjukkan bagian mana yang sakit. Posisinya masih tiduran. "Jangan kekencengan."
Mark tertawa melihat ulah Jungwoo. Ada-ada aja sikap jahilnya dengan berlagak galak itu. Padahal di kesehariannya jauh berbeda.
"Lucu lo ngajak sparing futsal kok sama mantan anak basket. Kerja sama evaluasinya nggak maksimal lah," Hendery mengomentari Mingyu yang kini duduk di samping Mark.
"Biar aja refreshing tuh bocah-bocah. Kan jadi semangat lawan yang tua-tua kaya kalian hahaha!"
"Asem!"
"Eh Mingyu lo masih ngekos deket SMA lo itu?"
"Masih."
Mingyu ini guru olahraga di SMA tapi gayanya masih seperti anak kuliahan. Katanya biar irit pengeluaran. Karena statusnya pun masih guru pengabdian.
"Ada kamar kosong nggak?"
"Udah penuh. Kenapa? Lo mau ngekos?"
"Iya. Cariin info dong."
"Tanya Jaehyun aja coba. Katanya roommate dia minggu kemarin udah balik ke rumah. Ada kamar kosong, kali. Tapi nggak tau sih kalo sekarang."
Biasanya Jaehyun ikut bermain bersama yang lain tapi hari ini ia terpaksa absen karena sedang mengurus perbaikan kafe.
Mark yang diberi saran segera mengirim pesan pada Jaehyun. Menanyakan apakah satu kamar di apartemennya belum terisi.
Nanti sesampainya di rumah ia akan memberitahu ibunya perihal kepindahannya. Jika ibunya belum tidur.
***
Haechan dan Jaemin malam ini mampir ke warung tenda yang menjual sate ayam langganan mereka. Sejak pagi mereka menemui beberapa narasumber untuk penelitian skripsi Jaemin. Di setiap rumah yang dihampiri selalu diajak mengobrol panjang diluar pertanyaan. Jadi baru malam-malam mereka bisa pulang.
"Jujur sama aku Jaem, sebulan kemarin kamu nggak ada bimbingan kan?" Haechan memusatkan penglihatannya pada raut wajah Jaemin yang duduk di hadapannya. "Jangan bohong lagi. Hyunjin udah laporan sama aku."
Omong-omong Hyunjin adalah teman seperbimbingan Jaemin. Ketika ia bimbingan dengan Irene, dosennya itu menanyai Jaemin yang tak ada kabar. Jadi Hyunjin menanyai lagi ke Haechan karena tahu pemuda itu bersahabat dengan Jaemin.
"Nggak ada apa-apa Chan. Males aja aku tuh... Kaya kamu nggak pernah males bimbingan aja."
Jaemin berusaha mengelak. Matanya tidak menatap Haechan saat menjawab. Ditambah kakinya yang bergerak-gerak di bawah meja.
"Kamu kalo lagi ngeluh apa-apa tuh aku tau. Soalnya kamu pasti ribut hubungin aku. Tapi kemarin enggak, kamu cuma bales chat aku doang. Nge-chat duluan nggak pernah, kan?"
Jaemin tersenyum tipis mendengar analisis Haechan. Sahabatnya itu walau baru kenal beberapa tahun namun sudah berbagi sifat dan kebiasaan satu sama lain. Terlalu peka, apalagi kalau Jaemin sudah bertingkah diluar kebiasaan.
"Panjang, Chan. Lain kali aku cerita."
Karena kalau Jaemin cerita sekarang ia harus siap untuk diinterogasi Haechan sampai ia berhasil menceritakan semuanya. Bisa saja ia melewatkan cerita soal jadwal konsultasinya. Tapi takut saja keceplosan. Malu...
"Ada hubungannya sama Jeno, kan?"
"Nanti saja ya Chan ceritanya. Aku janji."
Bukan maksud Haechan memaksa. Namun Jaemin selalu memendam masalah yang rumit untuk dirinya sendiri. Jika sudah diam begini Haechan hanya ingin sahabatnya melepas satu bebannya. Walau ia hanya menjadi pendengar dan belum bisa memberi solusi yang tepat.
"Aku siap tiap kamu butuh aku." Jaemin merasakan satu tangannya digenggam.
Ia balas menggenggam tangan Haechan dan tersenyum.
***
"Kak Jaehyun! Mau ikut nginep di sini ya!"
Jaemin baru saja selesai mengantar Haechan ke rumahnya. Tapi ia sendiri enggan pulang ke rumah dan berbalik ke apartemen sepupunya. Kemarin ia baru menemukan series menarik di Netflix dan berniat mengajak Jaehyun menonton bersama.
Saat menaruh bungkusan sate untuk Jaehyun di meja ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
"Lho, Jaemin?"
"Mark-?"
tbc
Capek banget buka TL guys. Rasanya kaya naik roller coaster T.T
Sabar-sabar ya kalian. 2020 emang berat.
Dan kudu pinter-pinter milih berita/informasi biar nggak ngerugiin orang lain, bahkan diri kita sendiri.
Jiayou!
KAMU SEDANG MEMBACA
It All Started with Broken Hearts
FanfictionKetika hidup yang senantiasa dipenuhi kebahagiaan perlahan mengkhianatimu, kau hanya tak terbiasa dan tak tahu bagaimana harus menghadapinya.