"Aku juga kasih Jeno opsi mau jadi yang kedua."
"WHAT!?"
Sekonyong-konyong Haechan bangun dari posisi berbaringnya. Matanya melotot tak percaya pada ucapan Jaemin. Sahabat sebaik, selembut, dan sesantun Jaemin berani menawarkan diri jadi yang kedua?
"Ish! Ish! Ish!"
Haechan gemas –cenderung kesal- usai mendengar pengakuan Jaemin yang memalukan itu. Jarinya mencubiti lengan Jaemin hingga Jaemin mengaduh kesakitan.
"Aduh! Eh sakit tau Chan!"
"Dengerin ya Jaem, aku kan nggak pernah pake bahasa kasar ke kamu ya. Tapi sekarang aku mau ngomong kasar,"
"Kamu tuh goblok banget!!"
Jaemin menutup telinganya menggunakan bantal saking kerasnya Haechan berteriak. Akhirnya tibalah hari penghakiman dari sahabatnya setelah sekian lama ia menutup diri.
"Mau resign jadi temanmu aja lah!"
"Lah kok kamu yang marah-marah sih harusnya kan Kak Renjun?"
"Nah itu tau Kak Renjun bisa marah sama kamu!"
Haechan memijit pangkal hidung yang tiba-tiba terasa sakit. Jaemin yang sejak dulu dikenalnya selalu berhati-hati jadi nekat begini gara-gara cinta. Untung saja Jeno menolak. Bagaimana jika sahabatnya yang satu lagi itu sama bodohnya dengan menerima ajakan Jaemin dan membuat perang dunia ketiga?
Sudah sejak lama sebenarnya Haechan ingin menjodohkan Jaemin dengan orang lain supaya anak itu bisa move on. Untuk apa mengharap pada orang yang tidak jelas walau orang itu sahabatnya sendiri?
"Aku tau, Jaem, persahabatan kalian udah selama itu dan kamu sayang dia. Dia juga sayang kamu. Tapi sebatas teman. Kalau menurut kamu sikap dia kelewat batas saat dia nggak bisa kasih kamu kepastian, kamu yang harus ingetin batas dia. Bukan terima begitu aja."
"Iya, Haechan-ku sayang. Makasih udah ingetin aku." Jaemin duduk dan memeluk Haechan dari belakang. Haechan mengusap punggung tangan Jaemin sebentar lalu berbalik menghadap sahabatnya.
"Terus mata kamu sembab pas datang tadi bekas nangis, kan?"
Jaemin sempat ragu apakah ia harus menceritakan perihal konselingnya kepada Haechan. Bukan sesuatu yang memalukan, sih, tapi Jaemin malu saja untuk menyampaikannya.
"Aku kira menggantungkan perasaan dan harapan pada orang lain, siapapun itu, nggak akan pernah berhasil dengan baik, Chan." Jaemin tersenyum tipis sebelum melanjutkan ceritanya.
***
marklee started following you.
Jaemin mengerutkan kening saat membaca notifikasi di pop-up ponselnya. Seseorang mengikutinya di Instagram. Ia tidak menemukan satupun foto wajah pemilik akun. Hanya ada beberapa gambar mobil mainan. Sisanya gambar pemandangan.
Saat matanya menemukan satu gambar motor sport, masuk sebuah direct message dari akun yang baru saja mengikutinya.
marklee
Follow back ya
jaemin.id
Ini Mark ya?
marklee
Tentu saja ini aku
PhotoJaemin membuka pesan foto itu dan tertawa saat muncul selfie Mark yang diambil dari bawah dagu.
jaemin.id
Kaya foto bapak-bapak
marklee
Mau kirim foto ganteng takut kamu screenshot
jaemin.id
Ew
marklee
Follback nya mana kok belum sampe
jaemin.id
Ok
Jaemin menekan tombol follow di akun Mark lalu mengunci ponselnya. Tak membuka pesan terakhir yang dikirimkan pemuda itu.
Tak lama terdengar teriakan Haechan memanggilnya untuk turun ke dapur.
"Bang pake rawit tiga ya!"
"Sial. Dikira aku abang warmindo apa."
"Hahahaha..."
Setelah bercerita panjang lebar tadi keduanya merasa lapar. Tidak ada makanan di rumah karena semua orang pergi. Mau menunggu delivery sepertinya akan memakan waktu lama karena saat ini sedang hujan.
Jadi Haechan menawarinya mie instan agar lebih cepat dimasak.
"Makasih..." Dua mangkuk mie instan tersaji di depan keduanya.
Mereka mengobrol sambil menghabiskan makanannya. Haechan menawari Jaemin untuk dikenalkan pada beberapa pemuda potensial untuk dijadikan kekasih. Namun tak ada satupun yang digubris Jaemin.
"Yaudah jadian sama Kak Jaehyun aja yang udah lumayan mapan."
"Hush! Ngawur kamu. Itu kakak aku."
"Kakak sepupu masih boleh lah dikit."
Jaemin menyeruput kuah pedasnya.
"Atau jadian aja sama cowok yang kamu peluk pas wisuda itu? Siapa tuh?"
Uhuk!
Jaemin tersedak kuah hingga kerongkongannya perih akibat potongan cabai rawit ikut masuk. Tangannya meraih botol berisi air dingin lantas meminumnya banyak-banyak.
"Ini nih akibatnya kalau kamu kualat nyembunyiin sesuatu dari aku!" Haechan puas meledek Jaemin yang masih sibuk berdeham.
"Itu temen baru aku."
"Kok dipeluk?"
"Kan lagi ngucapin selamat."
"Halah."
Haechan masih tidak percaya dan terus mendesak Jaemin untuk menceritakan hubungannya dengan Mark. Yang memang tidak ada apa-apa karena mereka baru berteman kemarin.
tbc
malem banget update-nya, dirapel lagi ><
KAMU SEDANG MEMBACA
It All Started with Broken Hearts
FanfictionKetika hidup yang senantiasa dipenuhi kebahagiaan perlahan mengkhianatimu, kau hanya tak terbiasa dan tak tahu bagaimana harus menghadapinya.