Enigma

263 53 14
                                    

Pagi sebelum jam lima Mark sudah terbangun oleh dering panggilan masuk dari Lucas. Sepagi itu rekannya mengabarkan pada Mark pergantian jam meeting dengan klien. Lucas berpesan kalau Mark harus datang ke kantor satu jam lebih awal. Terlalu mendadak sampai Mark –yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya- hanya menjawab dengan gumaman pelan.

Setelah memeriksa cloud dan draft proyek sudah lengkap, Mark turun dari ranjang. Membuka pintu, di luar kamar ia tidak menemukan siapapun. Baik Jaehyun maupun Jaemin.

Pemuda itu mengambil cerek, mengisi air dari keran wastafel lalu menjerangnya di atas kompor. Kemarin Mark baru berbelanja beberapa kebutuhan termasuk kopi favoritnya.

Walau termasuk penggemar kopi, tapi jika membuat kopi sendiri, ia lebih suka menyeduh biasa dibandingkan membuat dengan menggunakan coffee maker atau menggunakan kertas filter. Karena sudah terbiasa. Padahal Jaehyun mempunyai kedua alat itu di apartemen.  

Ingat sebelumnya Mark memiliki riwayat penyakit maag? Mark tidak peduli bahkan hampir setiap pagi meminum kopi dalam keadaan perut kosong. Apalagi ia selalu menyertakan gula di dalam cangkirnya.

Selain kopi, Mark juga cukup menggemari teh.  Pokoknya apapun yang mengandung kafein atau tidak membuatnya mengantuk, Mark suka. Karena ia butuh untuk tetap terjaga di antara banyaknya pekerjaan.

"Kopi, Jae." Jaehyun menggeleng terhadap basa-basi Mark.

Saat Mark sedang mengaduk kopinya, Jaehyun bergabung di dapur. Mengambil teko air dan menuangkan isinya ke dalam gelas.

Mark menengok ke belakang roommate-nya. Tidak ada siapapun yang mengikuti. Tapi pintu kamar Jaehyun setengah terbuka.

"Cari Jaemin? Udah balik dari semalem dia."

"Oh," jawab Mark kikuk.

Mark menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Jaehyun baru melihat mata Mark saja sudah mampu menebak gelagatnya. Memang bukan kaleng-kaleng mantan kapten basket yang satu itu. Pantas saja sulit bagi tim sekolahnya dulu untuk melawan tim sekolah Jaehyun. Kaptennya sudah ahli membaca strategi dan situasi tim lawan.

"Adek lo udah punya pacar belum?"

'Sudah basah, kepalang tanggung, nyebur aja sekalian,' pikir Mark.

"Naksir lo?"

"Cakep, hehe."

"Udah deket dari lama sih, sama temennya satu. Cuma kalo ditanya jadian apa kagak, jawabnya nggak jelas."

Jaehyun masuk ke kamar mandi untuk buang air. Mark masih duduk sambil menyeruput kopinya dengan khidmat. Niat Mark apa tidak muncul terlalu awal, ya? Baru kemarin dirinya mengajak Jaemin berteman. Sekarang sudah mau bergerak maju.

Tapi apa yang ia katakan pada Jaehyun barusan adalah jujur dari hati. Jaemin cakep. Manis. Menarik. Juga...agak misterius. Maksudnya, bisa membuat Mark penasaran.

Ah, Mark mau bergerak pelan saja. Toh Mark sudah berpengalaman menaklukkan pasangan-pasangannya dulu. Pelan tapi pasti jadian.

"Cowok?" tanya Mark ketika Jaehyun baru membuka pintu kamar mandi.

"Iya. Jaemin udah demen banget sih kayaknya. Kesempatan buat lo mungkin sedikit. Atau malah nggak ada."

"As easy as pie mah buat gue."

"Kalo lo niatnya jadian sebentar-sebentar kayak yang dulu, mending nggak usah deh." Jaehyun membuka salah satu kabinet untuk mengambil mentega dan roti tawar lantas membawanya ke meja dapur. "Lo daftar aja jadi teman dekatnya. Dia lebih butuh itu daripada pacar. Lebih manfaat." 

"Bukannya jadi pacar juga ada manfaatnya? Lo tau gimana sikap gue ke pacar-pacar gue dulu."

Jaehyun terkekeh pelan atas jawaban Mark. Temannya itu selalu bisa melucu.

"Tapi gue serius soal Jaemin, Mark," Jaehyun menghela nafas tak kentara, "dari kecil dia udah ditinggal papanya. Susah buat punya lifelong friends. Nggak kayak kita," tambahnya.

Mark tertegun mendengar tanggapan Jaehyun. Padahal tadi ia hanya melempar umpan ringan. Siapa tahu diijinkan Jaehyun –selaku kakak sepupu Jaemin- dan diberi kiat-kiat mendekatinya. Tetapi malah mendapatkan jawaban seserius itu di pagi hari.

Mark melirik Jaehyun yang sedang mengoleskan mentega di beberapa lembar roti tawar. Pria itu menjawab pertanyaan Mark sambil lalu, dengan ekspresi wajah pun terkesan santai. Tapi Mark merasa ada ketegasan dalam nadanya. Dan sarat akan kepedulian terhadap sepupunya.

Apa yang telah Jaemin lalui selama ini? Tiga kalimat terakhir yang Jaehyun sampaikan itu singkat. Namun seolah memberi tahu Mark banyak hal. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di kepala Mark hingga membuat dahinya mengerut.

Jaemin yang ditemuinya pertama kali...apa ada hubungannya dengan pernyataan Jaehyun tadi?


tbc

Detail album udah keluar. Kalian ada yang beli album NCT 2020?

It All Started with Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang